News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Perusahaan Bank Investasi Credit Suisse Alami Penurunan Nilai Saham hingga Lebih dari 30 Persen

Penulis: Oktaviani Wahyu Widayanti
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Saham perusahaan investment banking dan jasa keuangan global Credit Suisse merosot hingga 30 persen pada perdagangan Rabu (15/3/2023).

TRIBUNNEWS.COM - Credit Suisse saat ini sedang ramai dibicarakan oleh publik.

Pasalnya, perusahaan bank raksasa ini mengalami kemorosotan nilai saham.

Anjloknya saham Credit Suisse ini buntut dari guncangan perekonomian dunia.

Credit Suisse sendiri dikenal sebagai sebuah perusahaan bank investasi, jasa, dan keuangan global.

Kantor dari perusahaan Credit Suisse ini berpusat di negara Swiss.

Saat ini, nilai saham Credit Suisse anjlok ke level terendah hingga lebih dari 30 persen.

Baca juga: Penjelasan Krisis Credit Suisse, Saham Bank Anjlok Lebih dari 30 Persen

Keadaan ini membuat Credit Suisse sedang berada di titik terendahnya.

Penurunan ini terjadi setelah pemegang saham utamanya, yaitu Saudi National Bank, tidak akan menginvestasikan uangnya lagi ke bank Swiss.

Saudi National Bank menjadi pemegang saham terbesar di Credit Suisse, mencapai 9,8 persen pada November 2022.

Baca juga: Credit Suisse Dituduh Berkonspirasi Curangi Pasar Forex, Investor Meradang

ilustrasi saham - Credit Suisse juga mengumumkan hari ini bahwa mereka sedang melakukan penawaran tender tunai sehubungan dengan sekuritas utang senior berdenominasi sepuluh dolar AS dengan nilai agregat hingga USD 2,5 miliar. (net)

Baca juga: Krisis Pemasukan, Bank Terbesar Kedua di Swiss Credit Suisse Berencana Pecat 5.000 Karyawan

Dampak dan Solusi Penurunan Saham di Credit Suisse

Penurunan nilai saham dari Credit Suisse menyebabkan dampak yang cukup besar di dunia perekonomian.

Tekanan membuat Credit Suisse kehilangan sebanyak 80 persen nilai pasarnya.

Hal ini menyebabkan kekhawatiran yang memicu para investor tak kembali melakukan rush money lanjutan.

Hal ini akan berdampak buruk untuk kondisi sistem perbankan global.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini