Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, BEIJING – Bank Sentral China akan memangkas jumlah uang tunai yang harus disimpan bank sebagai cadangan untuk pertama kalinya tahun ini demi membantu menjaga likuiditas dan mendukung pemulihan ekonomi usai dihantam pandemi Covid-19.
Sebelumnya, para pemimpin China telah berjanji untuk meningkatkan dukungan bagi ekonomi negaranya, yang secara bertahap pulih dari kemerosotan saat memutuskan untuk mencabut kebijakan ketat “Nol-Covid” pada Desember 2022 silam.
“Pembuat kebijakan ingin mempertahankan momentum ekonomi,” kata Zhou Hao, ekonom di Guotai Junan International.
Bank Sentral China menyebut pemangkasan itu sebagai upaya untuk membuat kombinasi kebijakan makro yang baik, meningkatkan tingkat layanan untuk ekonomi riil, dan menjaga likuiditas cukup memadai dalam sistem perbankan.
Bank sentral juga telah berjanji untuk membuat kebijakannya "tepat dan kuat" tahun ini guna mendukung perekonomian, menjaga likuiditas cukup dan menurunkan biaya pendanaan untuk bisnis.
Pemangkasan tersebut mengikuti pemotongan 25 basis poin untuk semua bank pada Desember tahun lalu.
“Cadangan wajib minimum (RRR) rata-rata tertimbang untuk lembaga keuangan berada di sekitar 7,6 persen setelah pemotongan,” kata bank sentral China.
Baca juga: Gubernur Bank Sentral China Serukan Penguatan Kebijakan di Sektor Properti
Aktivitas ekonomi China telah meningkat dalam dua bulan pertama tahun ini, yang didorong oleh konsumsi dan investasi di bidang infrastruktur. Meski demikian, aktivitas ekspor China tetap lemah di tengah penurunan permintaan global.
Baca juga: Inflasi Mengancam, Bank Sentral China dan Turki Justru Kompak Turunkan Suku Bunga Acuan
Sementara untuk target pertumbuhan ekonomi di tahun ini, China telah menetapkannya sebesar 5 persen setelah mengalami penurunan menjadi 3 persen tahun lalu, salah satu pertumbuhan terlemah China dalam hampir setengah abad.