Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, volatilitas di pasar saham memang mengalami penurunan dibandingkan pekan lalu, dengan Cboe VIX Index diperdagangkan di level 23.
Berita baiknya saat ini adalah, First Citizens BancShares Inc telah setuju untuk membeli SVB, sebuah kesepakatan yang dapat menenangkan pelaku pasar dan investor setidaknya untuk saat ini.
Akuisisi yang dilakukan oleh First Citizens tersebut membuat posisi mereka naik dalam jajaran 15 bank terbesar di Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Efek Kebangkrutan SVB, Bakal Pengaruhi Perbankan RI dan Startup Indonesia?
"First Citizens sendiri membeli sekira 72 miliar dolar AS asset SVB dengan nilai diskon 16,5 miliar dolar AS," ujar Nico melalui risetnya, Selasa (28/3/2023).
Hal ini menyisakan sekira 90 miliar dolar AS sekuritas dan asset SVB lainnya di tangan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) dengan total biaya perkiraan kegagalan dana asurasi simpanan senilai 20 miliar dolar AS.
"FDIC sendiri mendapatkan hak apresiasi ekuitas di First Citizens dengan nilai 500 juta dolar AS. Saat ini situasi dan kondisi mulai mereda, tapi ingat, ombak masih akan tetap terasa, perhatikan, cermati dan amati setiap sentiment yang ada karena persepsi dan ekspetkasi mungkin akan mudah berubah," katanya.
Nico menambahkan, situasi dan kondisi pekan ini, boleh dikatakan sudah jauh lebih baik, angin mulai mereda, meskipun ombak tetap terasa.
Krisis yang terjadi di sektor perbankan menurutnya lebih kepada kekhawatiran akan persepsi, ekspektasi, dan optimis di pasar ketimbang proses penyelamatannya.
"Mengapa demikian? Sejauh ini kalau kita perhatikan, proses penyelamatan tentu akan dilakukan, karena tentu, sistem keuangan yang dimiliki oleh Amerika maupun Eropa begitu sangat kuat, dan dimana pengalaman mengajarkan mereka banyak hal," tutur dia.
Baca juga: Heboh SVB Kolaps, Ini Pandangan BRI!
Namun yang terpenting bukanlah penyelamatannya, tapi aksi untuk menenangkan pelaku pasar dan investornya.
Di tengah situasi dan kondisi yang penuh dengan ketidakpastian akibat adanya tekanan, pasar saham terlihat rapuh dan ditopang oleh persepsi dan ekspektasi bahwa perekonomian dunia mampu melewati tekanan tersebut.
"Oleh sebab itu kepercayaan dan keyakinan pelaku pasar dan investor merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menjaga perekonomian melewati masa masa sulit seperti saat ini," pungkas Nico.