"Artinya jika sudah ada wadah ini, kita bisa memangkas jalur impor, sehingga Pakistan bisa langsung impor ke Indonesia," tegas Atta.
Dengan demikian, tentu secara harga juga akan jauh lebih murah karena barang dikirim langsung ke Pakistan, tidak melalui India terlebih dahulu.
Tentu saja jika hal ini terjadi, akan sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Erdiriyo sangat mendukung rencana ini, karena terdapat manfaat yang nyata untuk dua negara dan ia siap jika ditunjuk menjadi struktural apabila wadah ini telah didirikan.
Terlebih hal ini masih ada korelasinya dengan pekerjaannya di Kemenko Perekonomian yang mengkoordinir beberapa Kementerian dan Lembaga (K/L).
"Ini bisa menjadi jembatan terjalinnya berbagai kerja sama antara Pakistan dan Indonesia. Saya siap jadi pembina wadah ini jika diperlukan," jelas Erdiriyo.
Selain bidang ekonomi, diskusi ini menghasilkan banyak kemungkinan kerja sama yang dapat dijalin seperti program pendidikan, pariwisata bahkan mitigasi bencana.
Mengingat Indonesia dan Pakistan memiliki kesamaan yang mendasar, yakni sama-sama dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia.
Atta sangat senang saat mendengar hal ini, karena apa yang menjadi cita-citanya selama ini tentu akan segera terwujud.
"Saya senang ada orang yang bisa berpikir seperti saya, apalagi ini adalah orang yang pas dan bisa mendukung program di Pakindo yang manfaatnya nanti kembali lagi untuk kedua negara tersebut," papar Atta.
Ia mengaku bersyukur karena ada tokoh yang mau merangkulnya.
Oleh karena itu, dirinya akan segera merealisasikan hasil dari pertemuan ini.
"Dalam waktu dekat, saya ingin langsung mempertemukan beliau dengan Dubes (Duta Besar) Pakistan saat ini, Muhammad Hasan," pungkas Atta.