Perusahaan Tupperware gagal menyampaikan laporan tahunannya untuk tahun lalu tepat waktu, yang membuatnya melanggar berbagai perjanjian dengan pemberi pinjamannya.
"Perusahaan saat ini memperkirakan, jika tidak dapat memperoleh sumber modal yang memadai atau amandemen perjanjian kreditnya, mungkin tidak memiliki likuiditas yang memadai dalam waktu dekat," kata Tupperware dalam siaran pers.
"Akibatnya, perusahaan telah menyimpulkan ada keraguan substansial tentang kemampuannya untuk melanjutkan kelangsungan usahanya," lanjutnya.
Baca juga: Hadapi Krisis Finansial, Tupperware Terancam Gulung Tikar
Saham Tupperware Naik selama Pandemi
Hari-hari awal pandemi menyebabkan lonjakan permintaan produknya.
Saham naik hampir 3.000 persen dari 1,40 dolar pada Maret 2020 menjadi hampir 40 dolar per saham pada Januari 2021.
Tupperware membukukan penjualan 489 juta dolar pada kuartal keempat dari tahun 2020 saja, seperti diberitakan CBC News.
Namun, pada tahun 2023, tren itu terbalik karena penjualan untuk kuartal pertama turun menjadi setengahnya, yaitu 255 juta dolar.
Saham berpindah tangan sekitar 2,50 dolar masing-masing di New York Stock Exchange minggu lalu, dan jatuh serendah 1,24 dolar masing-masing pada hari Senin (10/4/2023), setelah berita itu keluar.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Tupperware