Awal Kegagalan AS
Pembayaran utang Amerika awalnya dijanjikan rampung pada di awal Juli hingga September 2023. Namun karena dana darurat yang dimiliki Amerika terus mengalami penipisan, ditengah melonjaknya tagihan utang.
Sejumlah ahli kemudian memproyeksi, apabila Amerika akan gagal membayarkan tagihan utang sesuai dengan tenggat waktu yang telah ditetapkan.
Sejalan dengan proyeksi analis, Menteri Keuangan Janet Yellen juga turut memperingatkan negaranya untuk bersiap menghadapi malapetaka ekonomi di tahun selanjutnya, apabila AS gagal membayarkan tagihan utang senilai 1,45 triliun dolar AS.
Dampak Gagal Bayar
Lebih lanjut Yellen menjelaskan ketika gagal bayar terjadi, peringkat kredit Amerika Serikat akan di-downgrade.
Pelaku pasar juga berpotensi menjual surat utang AS (Treasury) dan berimbas pada melonjaknya suku bunga lantaran terpengaruh kenaikkan yield.
Treasury juga tidak lagi dipandang sebagai aset aman atau safe haven, hal ini tentunya akan mempengaruhi kinerja pasar saham AS Wall Street hingga dapat turun ke peringkat terendah dalam sejarah.
Baca juga: Daftar Negara yang Pernah Alami Default: Ada Amerika, Rusia Terbaru Sri Lanka
Imbas tekanan tersebut, para pelaku bisnis berpotensi dilanda kebangkrutan massal lantaran sulit mendapatkan persetujuan untuk jalur kredit dari bank.
Apabila ancaman ini benar-benar terjadi, maka tingkat pengangguran di AS bakal naik menembus 4,7 persen tahun ini.
Ancaman gagal bayar utang juga berpotensi memicu lonjakan pada defisit anggaran tahunan AS hingga bengkak menjadi 2 triliun dolar AS antara 2024 dan 2033, mendekati rekor era pandemi pada akhir dekade ini apabila gagal bayar benar – benar terjadi.
"Kegagalan negara akibat default berpotensi besar menimbulkan bencana ekonomi dan keuangan. Hal itu lantaran default dapat menaikkan biaya kredit selamanya, serta membuat investasi masa depan dipatok lebih mahal," jelas Yellen.
“Itu juga akan berisiko merusak kepemimpinan ekonomi global dan menimbulkan pertanyaan tentang kemampuan kami untuk mempertahankan kepentingan keamanan nasional kami," tambah Yellen seperti yang dikutip dari Reuters.