Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Laju inflasi Amerika Serikat (AS) terus mencatatkan penurunan selama sebulan terakhir. Menurut data Departemen Tenaga Kerja AS per Mei 2023 inflasi AS turun jadi 4 persen atau erendah dalam 2 tahun terakhir.
Meski masih di atas target 2 persen bank sentral, namun penurunan ini menjadi sinyal kesuksesan The Fed dalam menekan lonjakan inflasi di tengah ancaman gagal bayar utang yang belakangan menghantui perekonomian AS.
Penurunan juga terjadi pada inflasi inti tahunan Amerika yang merosot jadi 5,3 persen yoy, berjalan lebih rendah dari proyeksi analis, dimana saat itu mereka memprediksi inflasi inti tahunan melesat di kisaran 5,5 persen.
Ekonom Goldman Sachs Group memperkirakan penurunan inflasi indeks harga konsumen di AS akan kembali terjadi dalam beberapa bulan ke depan.
Hal ini ditandai dengan anjloknya harga mobil bekas serta turunnya sejumlah harga pangan.
"Kami memperkirakan inflasi inti bulanan AS akan turun menjadi sekitar 0,25-0,30 persen pada paruh kedua tahun 2023," ucap ekonom Goldman Sachs, Spencer Hill dan Manuel Abecasis.
Kendati masih dalam proyeksi, namun prediksi tersebut telah memicu respon positif para pemain pasar saham terkait adanya penundaan kenaikan suku bunga The Fed pada pertemuan di pekan ini,
“Para pemain pasar saham mencatatkan optimisme bahwa The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada pertemuan hari Rabu setelah kenaikan pada 10 kali pada pertemuan sebelumnya,” jelas pengamat di perusahaan FedWatch CME Group
Bursa saham Wall Street menguat
Pasca data inflasi AS mencatatkan penurunan di atas ekspektasi analis, Indeks Dow Jones Industrial Average dilaporkan mengalami kenaikan sebanyak 145,79 poin atau 0,43 persen menjadi 34.212,12.
Lonjakan serupa juga turut dialami indeks S&P 500 yang bertambah 30,08 poin atau 0,69 persen menjadi 4.369,01. Serta Indeks Komposit Nasdaq yang naik 111,40 poin atau 0,83 persen menjadi 13.573,32.
Tak hanya itu sebanyak 10 dari 11 sektor utama S&P 500 juga berakhir di zona hijau, dengan sektor material dan industri memimpin kenaikan dan naik masing-masing melonjak di kisaran 2,33 persen serta 1,16 persen.
Dolar dan Emas Jeblok
Sayangnya perilisan data inflasi AS telah membuat nilai mata uang dolar Amerika melemah terhadap mata uang lainnya pada perdagangan Rabu (14/6/2023).
Menurut laporan CNBC International, nilai dolar AS turun menjadi 1,3311 terhadap dolar Kanada yang dipatok 1,3371. Penurunan nilai dolar AS terhadap Yen Jepang juga anjlok 140,2840. Sementara Dolar AS terhadap franc Swiss turun menjadi 0,9059.
Harga emas juga ikut tergelincir lagi pada akhir perdagangan Selasa (13/6/2023),
Memperpanjang kerugian untuk hari ketiga berturut-turut, dimana kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange, merosot 11,10 dolar AS atau 0,56 persen menjadi 1.958,60 dolar AS per ounce.