News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pengembangan Industri Halal Bisa Dipacu Lewat Pasar Ekspor

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Produk makanan dan minuman Indonesia mampu menarik perhatian pada pameran Thaifex yang resmi ditutup Sabtu (26/9/2020) lalu. Pameran produk makanan dan minuman berskala internasional yang diprakarsai oleh Kementerian Perdagangan Thailand berlangsung selama 5 hari sejak minggu (22/9/2020) lalu ditujukan untuk mendorong percepatan pemulihan ekonomi khususnya industri makanan dan minuman. Thaifex Hybrid Edition yang menyedot lebih dari 54 ribu orang pengunjung, berhasil menumbuhkan optimisme akan permintaan produk-produk makanan dan minuman di pasar domestik juga internasional. Thaifex 2020 bertema hybrid yang memungkinkan 24 perusahaan Indonesia ikut serta menjaring pangsa pasar makanan dan minuman di Thailand. Pameran hybrid mengkombinasikan pameran yang reguler diadakan dengan pameran virtual yang baru pertama kali ditahun 2020 ini. Pameran reguler diisi oleh lebih dari seribu stan peserta Thailand dan manca negara. Sedangkan platform virtual diakses melalui laman khusus yang menyediakan fasilitas pameran virtual dan pertemuan bisnis virtual. Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Bangkok, Dicky Komar. Selama pameran, pengunjung tertarik dengan produk Indonesia berupa kopi bubuk dan instan, mi instan, krim bubuk campuran minuman, makanan ringan, ikan dan hasil laut lainnya serta produk halal. Pameran Thaifex 2020 diharapkan menciptakan transaksi bisnis guna meningkatkan ekspor produk makanan dan minuman Indonesia ke Thailand. TRIBUNNEWS.COM/IST/FX ISMANTO

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Potensi industri halal nasional dinilai sangat besar sehingga perlu dipacu agar dapat menjadi andalan ekspor di masa depan yang mampu menopang perekonomian Indonesia.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto mengatakan, dalam konteks industri halal, Indonesia harus menjadi yang terdepan. Bahkan, menjadi halal hub secara global.

“Potensi masyarakat kita dan muslim middle class kita, serta industri kreatif di sektor ini juga cukup kuat,” kata Teguh dalam keterangannya, dikutip Minggu (16/7/2023).

Kementerian Perindustrian memperkirakan, belanja umat muslim Indonesia untuk produk dan layanan halal naik sekitar 14,96 persen pada 2025, yaitu sebesar 281,6 miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Proyeksi itu menjadikan Indonesia sebagai konsumen pasar halal terbesar secara global, dengan persentase sekitar 11,34 persen dari pengeluaran belanja halal di seluruh dunia.

Adapun jumlah populasi umat muslim di Indonesia sekitar 241,7 juta orang pada 2022 atau setara 87 persen dari jumlah penduduk secara nasional.

Di sisi lain, potensi nilai industri halal di Indonesia diperkirakan mencapai 135 miliar dolar AS atau setara Rp 1.958 triliun berdasarkan Indonesia Halal Market Report (2021-2022).

Oleh karena itu, Global Islamic Economy Indicator 2022 menyebut Indonesia berada pada posisi keempat sebagai negara dengan ekonomi syariah terbesar di dunia.

Teguh mengatakan, Indonesia harus mengembangkan produk dan pasar ekspor halal hingga menyentuh non-conventional market. "Selama ini kita masih dan sangat tergantung dengan conventional market. Negara-negaranya itu saja," kata Teguh.

"Artinya, kita memang harus mencari dan mengembangkan non-conventional market ke emerging muslim countries,” lanjutnya.

Dia mencontohkan Pakistan dan India yang populasi muslimnya besar. Selain itu, ada juga negara di kawasan Timur Tengah bagian utara yang belum tergarap dan juga di Afrika Utara.

Baca juga: Indonesia Bidik Posisi Utama Sebagai Pemain Industri Halal

Menurut Teguh, negara-negara tersebut adalah pasar yang sangat potensial untuk produk-produk halal. Ia merasa Indonesia bisa didorong untuk masuk ke situ.

"Kita berharap kalau halal pun juga, jangan hanya industri besar, tetapi bagaimana UMKM-UMKM kita juga didorong naik kelas untuk bisa mengekspor produk-produk UMKM kita yang halal ke negara-negara non-conventional tadi,” katanya.

Teguh menganggap dengan mengekspor ke negara-negara non-conventional, dapat mengurangi potensi atau dampak krisis.

Baca juga: Indonesia Bidik Posisi Utama Sebagai Pemain Industri Halal

Saat ini banyak negara tujuan ekspor terancam resesi global sehingga secara langsung atau tidak, dapat berpengaruh terhadap neraca perdagangan Indonesia. Di sisi lain, negara non-conventional tadi banyak yang lebih tangguh dalam menghadapi potensi resesi global.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini