Selanjutnya, fokus minggu ini juga pada pertemuan Bank Sentral Eropa pada hari Kamis, dengan bank akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin.
Sementara itu, sentimen internal yang memengaruhi rupiah, yakni para ekonom memperkiraan pertumbuhan ekonomi di tahun 2023 masih akan bertahan di atas konsensus, yaitu sebesar 5,1 persen.
Di mana, perkiraan tersebut sejalan dengan hasil produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 yang lebih kuat dari perkiraan awal.
Salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi terus membaik hingga saat ini, karena konsumsi rumah tangga akan terus meningkat disemester kedua 2023 dengan didorong oleh inflasi yang rendah, aktivitas perekonomian yang kembali normal, serta peningkatan belanja pemilu.
Di samping itu, perkiraan rata-rata inflasi tahun 2023 untuk Indonesia menjadi 3,9 persen dari sebelumnya 4,1 persen, di mana hal itu telah mencerminkan inflasi secara tahun berjalan yang lebih rendah dari perkiraan, sehingga ekspektasi terkait inflasi makanan akan relatif stabil.
Selain itu, pertumbuhan di kawasan ASEAN dinilai masih tetap sehat meskipun sedikit terjadi perlambatan, hal tersebut dikarenakan belum adanya dampak positif dari dibukanya kembali China dari pandemic Covid-19.
"Selain itu, perlambatan ekonomi di China sangat berdampak terhadap ekonomi di kawasan ASEAN," tutur Ibrahim.
"Dengan melambatnya ekonomi global maka, para ekonom telah memperkirakan beberapa perekonomian ASEAN termasuk Vietnam, Indonesia, dan Filipina akan tumbuh lebih dari 5 persen di tahun 2023, sementara Thailand dan Malaysia diperkirakan tumbuh di atas 4 persen," pungkasnya.