Laporan Wartawan Tribunnews, Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, NEW DELHI – Menteri Pangan India Sanjeev Chopra menyatakan negaranya tidak memiliki rencana untuk memberlakukan larangan ekspor beras pratanak non-basmati ke pasar global.
Pernyataan tersebut dilontarkan Chopra menanggapi banyaknya komentar negatif yang menyebut India sebagai penyebab utama terjadinya lonjakan harga beras dan krisis pangan di wilayah Asia.
"Sampai sekarang tidak ada usulan untuk melarang ekspor beras pratanak, petani masih dapat mengekspor beras jenis lain, termasuk beras basmati berbiji panjang sehingga para petani " kata Chopra dikutip dari India Today
Ancaman krisis pangan mulai terjadi pasca Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan pembatasan ekspor beras dunia mulai 20 Juli 2023.
Pembatasan ekspor beras jenis non basmati diberlakukan Modi lantaran para petani di India mengalami gagal panen akibat cuaca ekstrim, dimana sejak April kemarin India dilanda gelombang panas mencapai 46 derajat celcius.
Kondisi ini yang memaksa PM Modi untuk memberlakukan pembatasan ekspor beras non basmati atau yang dikenal dengan beras kebuli dengan tujuan untuk menjaga pasokan dalam negeri sehingga harga beras bisa stabil di tengah ancaman krisis.
“India Narendra Modi memberlakukan pembatasan ekspor beras basmati. Pembatasan ini diberlakukan Modi untuk menjaga stok beras dalam negeri pasca sentra-sentra produksi beras seperti Punjab dan Haryana India mengalami gagal produksi akibat cuaca ekstrim,” jelas sumber kepercayaan Reuters.
Baca juga: India Stop Ekspor Beras ke RI, Tito Karnavian Wanti-wanti Ketersediaan Beras di Daerah Saat El-Nino
Akan tetapi rencana ini telah memicu kepanikan pengimpor beras Asia, mereka khawatir apabila pembatasan beras India dapat memicu kiamat pangan, mengingat India menjadi pemasok beras terbesar di dunia, dalam setahun terakhir India telah berkontribusi menyumbang ekspor beras global hingga mencapai lebih dari 40 persen.
Baca juga: Panic Buying di AS setelah India Umumkan Larangan Ekspor Beras
Akibat pembatasan ini Badan Pangan PBB, Food and Agriculture Organization (FAO) ikut turun tangan dengan memperingatkan negara – negara di Asia untuk bersiap menghadapi bencana inflasi pangan.
Khawatir rencana pembatasan ekspor akan semakin memukul roda perekonomian Asia, pemerintah India akhirnya mencabut pembatasan ekspor basmati. Sebagai gantinya India kemungkinan besar akan memberlakukan pajak ekspor, belum diketahui berapa besaran pajak yang akan diberlakukan namun langkah seperti ini sebelumnya telah dilakukan India pada tahun lalu demi mencegah lonjakan penjualan asing.
Stok beras di Indonesia
Kendati ancaman krisis pangan tengah mengancam Asia namun Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengungkapkan, saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang diamankan sudah mencapai 1,6 juta ton.
Sementara untuk mencegah terjadinya kekosongan stok, rencananya Bulog akan mengupayakan kerjasama dengan Kamboja untuk merealisasikan impor beras sebanyak 2,3 juta ton hingga akhir tahun 2023.
Sebagai informasi, harga beras terpantau naik dan kembali cetak rekor tertinggi. Menurut pantauan data Panel Badan Pangan, harga beras medium telah mencapai Rp 13.150 per kg, untuk beras premium rata-rata harga ecerannya melesat ke kisaran Rp 15.150 per kg, Rabu (23/8/2023)