Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan, hilirisasi adalah kunci untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Hal tersebut dikatakan Bahlil merespon Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang menginginkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh 6 hingga 7 persen kedepan.
"Tadi Pak Ganjar mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi kita harus 7 persen, kuncinya cuma satu, hilirisasi," ujar Bahlil dalam keterangannya, dikutip Rabu (23/8/2023).
Baca juga: Tenaga Ahli Menkeu: Hilirisasi Nikel Dorong Transformasi Ekonomi Tumbuh 7 Persen
Bahlil bilang, ekonomi tak boleh hanya bertumpu pada konsumsi. Ekonomi harus didorong oleh investasi, utamanya program hilirisasi.
"Kemudian bagaimana ke depan arah kebijakan? Kita akan mendorong kepada hilirisasi. Dunia sekarang sudah mendorong kepada green energy dan green industry untuk menurunkan emisi. Indonesia sekarang kita dorong ke hilirisasi," ujar Bahlil.
Bahkan, kata Bahlil tanpa hilirisasi mustahil ekonomi Indonesia bernilai tambah. Namun dengan hilirisasi nilai tambah industri akan berkali-kali lipat.
"Karena kalau tidak ada hilirisasi, kita hanya mengekspor barang-barang mentah. Nah ini peluang usahanya disini. Ke depan kita mendorong yang namanya hilirisasi," tutur dia.
"Total ekspor nikel pada pada tahun 2017 itu hanya 3,3 miliar dolar AS, begitu kita larang ekspor pada tahun 2020, dan kita bangun hilirisasi, sekarang nilai ekspor kita mencapai 30 miliar dolar AS. Naiknya sepuluh kali lipat ketimbang kita belum melakukan hilirisasi," imbuhnya.
Bahlil menekankan, hilirisasi mampu membawa optimisme Indonesia untuk menjadi negara maju. Bukan hanya keluar dari middle income trap.
"Dan untuk Indonesia menjadi negara maju tidak ada cara lain. Hilirisasi harus kita bangun. Kita sudah susun Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis sampai 2040 yang membutuhkan investasi sebesar 545,3 miliar dolar AS. Kalau ini tidak kita lakukan, negara kita akan tetap berjalan di tempat," ucap Bahlil.
Di sisi lain, Bahlil mengatakan, negara-negara maju tak lagi bertumpu pada konsumsi sebagai instrumen pertumbuhan ekonomi.
"Negara-negara maju sudah menjadikan investasi (hilirisasi) sebagai instrumen pertumbuhan," papar Bahlil.
Sementara pada kesempatan yang sama, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menyebutkan, pihaknya menginginkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen untuk dapat keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.
"Dan jika sekarang kita sudah bersepakat menuju Indonesia sebagai negara maju, dengan pertumbuhan ekonomi, mau berapa persen? Lima koma sekian persen rasanya kurang," ucap dia.
"Kalau kita mau menghentak, Pak Bahlil, agar tidak masuk dalam middle income trap. Mungkin 7 persen harus menjadi cita-cita pertumbuhan ekonomi kita. Kalau kita punya Menteri Investasi seperti itu, insyaallah tidak sulit," sambungnya.