Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Vale Indonesia (PTVI) memastikan proses bisnis yang dijalankan mengedepankan prinsip sustainability atau keberlanjutan.
“Sustainaibility telah menjadi bagian dari nilai-nilai perusahaan, tujuan dan perilaku.” Demikian dikatakan CEO PTVI Febriany Eddy saat Forum internasional soal keberlanjutan Indonesia Sustainability Forum (ISF) 2023 bertajuk Sustainable Mining of Critical Minerals to Bolster Decarbonization ditulis Senin (11/9/2023).
Menurutnya, saat ini dalam aspek lingkungan industri ekstraktif terdapat tiga isu penting yaitu deforestrasi, emisi karbon, dan keaneragaman hayati atau biodiversity.
Baca juga: Jokowi Tegaskan Hilirisasi Tak Cuma Komoditas Pertambangan, Sawit hingga Rumput Laut Ikut Digenjot
Ia menyebut, tiga isu penting tersebut menjadi tantangan bagi PTVI karena area operasionalnya berada di wilayah yang kaya keaneragaman hayati dan garis Wallace.
Terlebih, kata Febri, dari wilayah konsensi pertambangan seluas 118 ribu hektar, hanya 48 persen yang bisa ditambang. Kemudian, dari 48% area yang bisa di tambang, 90% merupakan hutan lindung.
"Jadi bisa dibayangkan tantangan yang kami hadapi, bekerja di wilayah kerja yang 90% merupakan hutan lindung dan sangat kaya akan keanekaragaman hayati,” tutur Febri.
Dengan kondisi seperti itu, PTVI telah melakukan beberapa inisiatif strategis seperti aktif melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara progresif. Targetnya, 70% lahan akan direklamasi hingga tahun 2025.
Dalam hal ini, Febri menyampaikan PTVI mengedepankan perencanaan terpadu pertambangan, mulai membuka tambang sampai menutup tambang di waktu yang sama.
"Jika berkesempatan ke lokasi penambangan Vale, bisa dilihat penambangan dan reklamasi berjalan beriringan tanpa menunggu area pertambangan tutup," paparnya.
Febri juga menyampaikan beberapa komitmen nyata Vale Indonesia mengawal biodiversity seperti inventarisasi seluruh keanekaragaman hayati sebelum eksplorasi serta program peningkatan kualitas di dekat area pertambangan seperti di Danau Matano.
Lebih lanjut Ia mengatakan, aspek sosial merupakan sebuah peluang, bukan tantangan. Pasalnya, banyak area pertambangan berada di wilayah terpencil dengan infrastruktur yang terbatas.
Febri menyampaikan, perusahaan pertambangan bisa berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur, mempromosikan lapangan kerja lokal, kontraktor lokal, dan juga pengembangan masyarakat.
"PTVI berkomitmen menyerap tenaga kerja lokal sebagai bentuk nilai tambah keberadaan perusahaan untuk masyarakat di sekitar wilayah operasional," ujarnya.