Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak dunia kembali mencatatkan kenaikan, seperti minyak berjangka jenis Brent yang melesat naik 1,3 persen tembus 93,08 dolar AS per barel pada penutupan pasar, Kamis (14/9/2023).
Melansir dari Reuters, lonjakan serupa juga terjadi pada perdagangan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS yang dilaporkan naik 1,3 persen menjadi 89,66 dolar AS per barel. Imbas kenaikan ini, harga minyak Brent dan WTI bulan ini tercatat jadi yang tertinggi sejak awal tahun 2023.
Analis ekonom ANZ Research menyebut penguatan harga terjadi karena perdagangan pasar global kembali fokus pada ekspektasi pasokan minyak mentah yang terus menyusut, akibat pemangkasan pasokan minyak mentah yang dilakukan sejumlah negara produsen minyak OPEC+.
Baca juga: SKK Migas Optimis PetroChina Sanggup Tingkatkan Produksi Blok Jabung
Seperti Arab Saudi yang memangkas ekspor minyak global sebesar 1 juta barel per hari (bpd), dengan dalih untuk menjaga stabilitas pasokan minyak dalam negeri.
Meski pemangkasan ini bukan kali pertama yang dilakukan pemerintah Riyadh, namun imbas kebijakan tersebut produksi minyak mentah Saudi untuk bulan Oktober, November dan Desember susut jadi 9 juta barel per hari.
Langkah serupa juga dilakukan Rusia, produsen minyak terbesar ketiga dunia ini secara mengejutkan memberlakukan kebijakan pemangkasan ekspor minyak sebesar 500.000 barel per hari di Agustus dan 300.000 barel per hari di September
Buntut pengetatan yang dilakukan Arab Saudi dan Rusia, cadangan minyak di kilang Amerika terus mengalami penurunan stok. Menurut catatan Badan Informasi Energi (EIA) di pekan ini stok persediaan minyak mentah AS berada di level terendah yakni 422,9 juta barel
Kondisi ini kian diperparah lantaran permintaan minyak dari sebagian besar negara di tahun ini dan 2024 terus menunjukkan peningkatan.
Tekanan tersebut yang kemudian membuat para investor memperketat peredaran minyak di pasaran. Hingga harga minyak melesat ke puncak tertinggi dan memicu lonjakan inflasi di sejumlah negara termasuk Amerika.
Baca juga: Rusia Batal Masuk Blok Tuna, SKK Migas: Ada Belasan Kandidat Pengganti
"Pasar minyak terlihat sangat ketat selama dua hingga tiga kuartal ke depan karena kendala pasokan masih ada di tengah permintaan yang kuat," kata analis ANZ Research.