Padahal, stok cadangan pangan kedelai di Bulog diperuntukkan sebagai stabilisasi atau intervensi pemerintah ketika harga kedelai di perajin tahu dan tempe tinggi.
Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Rachmi Widiriani mengatakan, kedelai yang ada di Bulog diperuntukkan untuk cadangan pangan pemerintah. Artinya nantinya sama seperti beras akan ada CPP kedelai yang diperuntukkan sebagai intervensi jika diperlukan.
Baca juga: Pasokan Kedelai Cukup, Harga Tahu Tempe di Garut Stabil
"Kemarin sempet punya tapi sekarang sudah habis. Nah ini jadi perhatian kita bahwa Bulog seharusnya mendapatkan juga penugasan impor untuk kedelai," kata Rachmi kepada Kontan.co.id, Jumat (15/9).
Ia mengatakan, mayoritas kedelai di Indonesia didatangkan dari luar negeri. Dengan adanya Peraturan Presiden No 125/2022, Bulog memiliki tugas untuk stabilitasi harga kedelai untuk perajin tahu dan tempe.
Peran cadangan pangan kata Rachmi ialah menjaga stabilitas harga di produsen tahu dan tempe. Hanya saja tahun ini belum ada penugasan impor kedelai ke Bulog.
"Target cadangan kedelai di pemerintah itu adalah stabilkan harga kedelai. Sekarang dia ngga punya (stok) karena Bulog belum mendapatkan penugasan impor kedelai. Semoga tahun 2023 ada penugasan. Jadi Bulog tahu kapan beli, kapan akan diintervensi ke perajin tahu tempe saat dibutuhkan," jelasnya.
Sebelumnya, dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi menuturkan, perlunya adanya peningkatan cadangan pangan pemerintah terutama di Bulog. Dimana tak hanya kedelai, jagung cadangan pangan pemerintah kini stoknya juga kosong di Bulog.
"Jagung dan kedelai ini cadangan pangan pemerintahnya masih kosong. Jagung dan kedelai ini menjadi tugas Bulog, di mana Bulog seharusnya sudah bisa memiliki cadangan pangan," kata Arief.
Sebagai informasi melalui Peraturan Presiden nomor 125 tahun 2022 BUMN pangan bersama dengan NFA sedang berprogres dalam penguatan CPP baik melalui subsidi bunga pinjaman serta pemberian penjaminan pemerintah. Di mana stok level masing-masing komoditas untuk CPP ditargetkan 5 persen sampai 10% dari kebutuhan untuk dapat intervensi harga.
Pengamat pertanian Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) Khudori mengatakan, selain beras dan jagung Bulog memang mendapatkan tugas mengelola cadangan pangan pemerintah (CPP) kedelai.
Namun, jika saat ini stok CPP kedelai di Bulog kosong dan belum ada penugasan impor ke Bulog, akan tetapi impor kedelai di importir lancar maka tak perlu ada kekhawatiran.
"Jika stok di Bulog ngga ada dan ngga ada penugasan impor, sepanjang tidak ada hambatan dalam impor mestinya juga ngga masalah. Pasokan akan lancar. Soal harga, kalau nilai kurs rupiah ngga jatuh, harga pun ngga akan naik," kata Khudori.
Khudori mengatakan, melihat harga kedelai di pasar dunia saat ini sedang mengalami penurunan. Bahkan tahun depan harga kedelai juga diproyeksikan turun.
Saat ini kebutuhan kedelai nasional masih disuplai dari luar negeri. Oleh karenanya, untuk meningkatkan produksi kedelai domestik diperlukan insentif bagi petani. Insentif yang diberikan ialah berupa jaminan kepastian harga yang akan menguntungkan petani.
Disisi lain pemerintah juga harus memberikan kepastian lahan bagi petani kedelai. Dimana harus ada lahan eksisting khusus untuk penanaman kedelai. Penyediaan bibit unggul juga mendesak untuk mendorong peningkatan produksi kedelai. (Kontan/Lailatul Anisah)