Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, DALLAS – Pecahnya konflik militer di Timur Tengah mungkin akan membuat para gubernur bank sentral harus berjuang melawan tren inflasi baru serta memberikan pukulan terhadap kepercayaan ekonomi pada saat mereka telah menyatakan harapan yang semakin besar untuk menahan lonjakan harga yang dipicu oleh pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina.
Banyak pihak menilai dampak konflik di Timur Tengah akan terasa kemudian hari dan akan bergantung pada berapa lama konflik berlangsung, seberapa intens konflik tersebut, dan apakah konflik tersebut menyebar ke wilayah lain.
“Masih terlalu dini untuk mengatakan apa dampaknya, meskipun pasar minyak dan ekuitas mungkin akan terkena dampak langsung,” kata Agustin Carstens, manajer umum Bank for International Settlements.
Di samping itu, perang ini berpotensi menambah kekuatan yang tidak dapat diprediksi terhadap perekonomian global yang sudah melambat dan pasar AS yang masih beradaptasi dengan kemungkinan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama dari perkiraan banyak investor.
“Sumber ketidakpastian ekonomi apa pun akan menunda pengambilan keputusan, meningkatkan premi risiko, dan mengingat wilayah tersebut ada kekhawatiran mengenai di mana minyak akan dibuka,” kata Carl Tannenbaum, kepala ekonom Northern Trust.
Dengan konflik yang kini terjadi di wilayah penghasil minyak utama, reaksi di antara para pedagang dan pemain besar seperti Iran dan Arab Saudi akan diawasi dengan ketat untuk melihat apakah akan kembali terjadi lonjakan harga, sementara perdagangan obligasi dan pasar saham dalam beberapa hari mendatang akan menunjukkan bagaimana dampaknya.
Baca juga: 17 Jam Hamas Duduki Israel Selatan, Pertama Kali Orang Yahudi Merasa Tak Berdaya Sejak Perang 1948
“Konflik ini menimbulkan risiko harga minyak yang lebih tinggi, dan risiko terhadap inflasi dan prospek pertumbuhan,” kata Karim Basta, kepala ekonom di III Capital Management.
Terlepas dari itu, seberapa besar dampak konflik di Timur Tengah tersebut nantinya akan dibahas oleh para pemimpin keuangan global bersama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Maroko pekan ini.