News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Di Tengah Penguatan Ekonomi AS, The Fed Isyaratkan Kerek Suku Bunga Lebih Tinggi

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi The Fed.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Perekonomian Amerika Serikat (AS) dilaporkan tumbuh lebih cepat meningkat sebesar 4,9 persen secara tahunan selama periode Juli hingga September 2023.

Angka ini naik tajam usai aktivitas belanja konsumen meningkat 4 persen, diikuti kenaikan investasi domestik swasta bruto sebesar 8,4 persen dan investasi pemerintah 4,6 persen, pergerakan positif ini lantas mendorong pertumbuhan perekonomian AS hingga jadi yang tertinggi sejak kuartal IV 2021.

Baca juga: Bank Sentral The Fed PHK 300 Karyawan, Ekonomi Amerika Kembali Beri Sinyal Suram

Meski perekonomian AS telah mencatatkan pemulihan, namun hal tersebut tak menggoyahkan ambisi Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell untuk terus mengerek suku bunga lebih tinggi pada pertemuan Economic Outlook bulan selanjutnya.

Powel menilai The Fed perlu mempertahankan pendirian untuk menaikan suku bunga ke level tertinggi sebanyak satu kali menjelang akhir tahun 2023, mengingat laju inflasi Amerika di bulan September mengalami kenaikan sebanyak 3,7 persen (year-on-year/yoy), buntut dari adanya krisis bahan pangan serta pengetatan ekspor minyak mentah yang dilakukan sejumlah negara OPEC+.

"Indikator terkini menunjukkan jika aktivitas ekonomi masih solid. Namun agar inflasi turun secara berkelanjutan sesuai target awal, kami siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika itu diperlukan," Jelas Jerome Powell.

Meski pengetatan suku bunga dianggap sebagai cara paling efektif untuk menyeimbangkan harga dan membuat laju inflasi turun ke target 2 persen pada tahun 2025. Namun sikap agresif ini secara tidak langsung dapat membebani pertumbuhan ekonomi masyarakat.

Ini karena kenaikan pengetatan moneter mendorong kenaikan suku bunga hipotek kredit di perbankan nasional, alhasil bos startup mulai menunda penawaran umum sehingga bisnis investasi ikut terdampak. Tak hanya itu kenaikan suku bunga juga dapat memicu pelemahan mata uang yang berbahaya bagi keseimbangan ekonomi Amerika.

Baca juga: Rencana Kenaikan Suku Bunga The Fed Disambut Investor, Direspons Positif Wall Street

“Jika suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama dapat mempertahankan dolar pada level saat ini, keuntungan perusahaan akan menghadapi hambatan yang nyata,” menurut Lisa Shalett, kepala investasi di Morgan Stanley Wealth Management.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini