TRIBUNNEWS.COM - Desa Girilayu yang berada di lereng Gunung Lawu, tepatnya di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, menjadi sentra industri batik yang penuh nilai historis.
Para perajin batik di Desa Girilayu sudah ada sejak zaman Mangkunegara I, atau sekitar tahun 1775 dan turun-temurun hingga sekarang.
Girilayu menjadi lokasi Astana Mangadeg, makam raja Mangkunegara Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara I yang bernama Raden Mas Said atau dijuluki Pangeran Sambernyawa, beserta raja-raja dan bangsawan Mangkunegaran lainnya.
Selain itu, ada Astana Giribangun, lokasi makam Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto, beserta Ibu Tien Soeharto.
Kentalnya nilai historis membuat warga Desa Girilayu terus nguri-uri atau merawat kebudayaan membatik dari leluhur.
Partinah (55), pemilik usaha batik tulis Giri Wastra Pura (GWP), menjadi salah satu sosok penguri-uri batik tulis di Girilayu.
"Saya merupakan generasi keempat pembatik di keluarga," ungkap Partinah kepada Tribunnews.com, Selasa (5/12/2023).
Baca juga: Layanan BRI-UNS Corner: Nugas Nyaman, Urusan Perbankan Jalan
Produk batik tulis GWP memiliki ciri khas motif Tugu Tri Dharma, tugu yang terletak di antara makam Soeharto dan makam Pangeran Sambernyawa.
Dalam perjalanan usahanya melestarikan budaya leluhur, Partinah turut dibersamai oleh program-program Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Batik GWP menjadi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) BRIncubator pada 2019.
Partinah dibantu dalam pengembangan potensi usaha hingga pemasaran.
Hingga saat ini, batik GWP menjadi destinasi unggulan wisata di Karanganyar.
Tak cuma itu, pada 2022 lalu, Partinah dan kelompok pembatiknya mendapat bantuan dari BRI melalui tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR).
"Waktu itu kelompok kami mendapat dana CSR Rp 15 juta," ungkapnya.
Dana tersebut kemudian digunakan untuk pengembangan usaha para pembatik, seperti pembelian kain, bahan, hingga kebutuhan produksi lainnya.
Bantuan tersebut dirasa Partinah sangat membantu, terlebih lagi di tengah kebangkitan dari dampak pandemi Covid-19.
Usaha batik GWP juga makin berkembang dari berbagai sisi, termasuk digitalisasi usaha.
Selain aktif di media sosial seperti Instagram dan TikTok, GWP sudah melayani pembayaran dengan metode Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Apa Saja Produk GWP?
Produk utama GWP ialah batik tulis di lembaran kain dengan ukuran panjang 2,6 meter dan lebar 1,2 hingga 1,5 meter.
Harga batik tulis Giri Wastra Pura beragam, tergantung motif dan kerumitan prosesnya.
"Untuk harga kain yang sudah jadi sekitar Rp 500 ribu sampai Rp 1,5 juta, untuk hasil cantingan yang belum diwarnai," ujar Partinah.
Sementara batik tulis yang sudah diwarnai dibanderol mulai dari Rp 1,5 juta, tergantung proses pewarnaan.
Proses produksi batik tulis dari awal hingga akhir bisa memakan waktu empat bulan.
"Kalau cuaca sering hujan bisa sampai enam bulan," ungkap Partinah.
Selain itu, Partinah juga menerima pesanan seragam dan suvenir batik.
Eduwisata Batik
Selain penjualan batik, Giri Wastra Pura juga berperan aktif dalam segi edukasi.
Tidak hanya berbelanja batik, pengunjung atau wisatawan juga bisa belajar membatik di GWP.
Partinah juga tidak jarang diundang untuk memberi pelatihan membatik ke berbagai daerah.
Seperti di bulan Agustus 2022 lalu, ia diundang ke Makassar dan Pare-pare, Sulawesi Selatan.
Komitmen BRI Dukung UMKM
Dihubungi terpisah, Pimpinan Cabang BRI KC Karanganyar, Yudo Utomo, mengungkapkan BRI berkomitmen memberikan dukungan terhadap pelaku UMKM, termasuk batik tulis Giri Wastra Pura yang pernah menjadi peserta BRIncubator 2019.
Pelaku UMKM di Karanganyar bisa mengajukan permodalan untuk pengembangan bisnisnya.
"Pelaku mikro bisa mengajukan pinjaman Kupedes, KUR Mikro, dan KUR Super Mikro," ungkap Yudo, Senin (5/6/2023).
Selain itu, untuk usaha kecil bisa mengajukan KUR Kecil hingga kredit komersial.
"Dari sisi permodalan kami akan memberikan dukungan," ujar Yudo.
Selain permodalan, BRI juga memberikan dukungan dan pendampingan dari segi transaksi.
"Pendampingan transaksi ini dalam rangka memperlancar bisnis, berupa edukasi berbagai macam transaksi."
"Mulai dari rekening penampungan, giro, hingga QRIS atau EDC," ungkap Yudo.
(Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)