Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, TEL AVIV - Sejumlah perusahaan jasa pelayaran internasional seperti CMA CGM asal Prancis sudah menaikkan biaya kirim barang dari Asia ke wilayah Mediterania sebesar 100 persen sejak Houthi Yaman meningkatkan serangannya terhada kapal-kapal barang di Laut Merah.
Melansir dari Middle East Monitor, kenaikan tarif itu diberlakukan CMA CGM dan 180 perusahaan pelayaran lainnya guna menutup membengkaknya biaya operasional kapal.
Mereka harus mengalihkan rute pelayaran melintasi Cape of Good Hope di selatan benua Afrika demi menghindari kawasan Laut Merah yang kini dikuasai Houthi Yaman.
"Penyelidikan atas insiden ini sedang berlangsung dan kami akan terus menghentikan semua pergerakan kargo melalui area tersebut sementara kami menilai lebih lanjut situasi yang terus berkembang."
"Jika hal ini paling masuk akal bagi pelanggan kami, kapal akan dialihkan rutenya dan melanjutkan perjalanan mereka di sekitar Tanjung Harapan," kata Maersk dalam pernyataan resmi.
Imbas pengalihan rute ke Tanjung Harapan Afrika, sejumlah perusahaan pelayaraan diperkirakan membutuhkan biaya tambahan bahan bakar hingga 1 juta untuk setiap perjalanan pulang pergi antara Asia dan Eropa utara.
Alasan tersebut yang mendorong biaya pengiriman barang naik hingga 100 persen, misalnya untuk tarif pengiriman barang Asia-Eropa Utara meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 4.000 dolar AS per kontainer berukuran 40 kaki.
Baca juga: Houthi Yaman Ancam Tenggelamkan Kapal Perang AS yang Kawal Kapal Kargo di Laut Merah
Lonjakan harga juga terjadi pada pengiriman barang rute Asia-Mediterania yang naik menjadi 5.175 dolar AS per kontainer.
Sementara menurut Freightos, sebuah platform pemesanan dan pembayaran untuk angkutan internasional per awal tahun 2024, tarif pengiriman dari Asia ke Pantai Timur Amerika Utara naik 55 persen menjadi 3.900 dolar AS per kontainer berukuran 40 kaki.
Baca juga: AS dan Sekutu Seperti Tak Punya Wibawa, Kapal-kapal Kargo Kembali Hindari Laut Merah
Analis menilai, jika perubahan jalur terus berlangsung dalam jangka waktu lama akan memicu naiknya inflasi.
Selain itu juga memicu kenaikan biaya logistik laut berpengaruh pada pembentukan harga pangan dan energi baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Perdagangan via laut berkontribusi 80 persen dari total volume perdagangan dunia. Sehingga kenaikan tarif pengiriman barang yang dilakukan raksasa pelayaran berpotensi mengerek laju inflasi 2024 ke zona merah.
Baca juga: Houthi Abaikan Peringatan Terakhir Amerika Serikat, Mereka Meledakkan Perahu Drone di Laut Merah
Pernyataan Serupa juga dilontarkan Direktur perusahaan investasi energi Tortoise Capital, Thummel yang memproyeksi ketegangan di Laut Merah dapat menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi.
“Risiko geopolitik di laut Merah menyebabkan harga minyak bergerak lebih tinggi karena sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek yang menghubungkan Laut Merah ke Laut Mediterania,” jelas Thummel.