TRIBUNNEWS.COM -- Perang yang berkecamuk di Timur Tengah terus meningkatkan biaya pengangkutan melalui kapal di wilayah Laut Merah.
Gangguan oleh kelompok militan Houthi Yaman di Laut Merah benar-benar membuat biaya pengangkutan di Laut Merah dan Terusan Suez melonjak.
Baya perjalanan jalur utama pelayaran global tersebut melonjak lebih dari 300 persen sejak November 2023 lalu.
Baca juga: Reaksi Dunia atas Serangan AS-Inggris terhadap Houthi di Yaman, Turki: Laut Merah jadi Lautan Darah
Militan Houthi Yaman menyerang kapal-kapal yang ada kaitannya dengan Israel. Hal itu sangat mengganggu seluruh jalur pelayaran utama.
Kelompok itu terus melakukan serangan drone dan rudal ke sejumlah kapal komersial di Laut Merah.
Bahkan kenekatan kelomok yang berkuasa di Yaman tersebut tanpa ampun menyerang kapal militer Barat yang berpatroli.
Mereka telah melakukan lebih dari dua lusin serangan, memaksa raksasa angkutan barang seperti MSC, Maersk, CMA CGM dan Hapag-Lloyd.
Dilansir dari Sky News yang dikutip pada Minggu (14/1/2024) perusahaan pelayaran global saat ini sedang kelimpungan bila kapalnya harus melewati Laut Merah dan Terusan Suez.
Sebagai contohnya, Shanghai Containerized Freight Index (SCFI) harus merogoh kocek dalam-dalam.
Perusahaan pelayaran asal China ini harus membayar biaya 3.101 dolar AS per kontainer berukuran 20 kaki dari 2.871 dolar AS pada Jumat lalu.
Mengutip data dianalisis oleh perusahaan logistik global DSV, Sky menyebutkan, bahwa data menunjukkan harga keseluruhan kontainer yang dikirim dari Shanghai ke Eropa dilaporkan naik 310 persen dari harga di awal November.
Baca juga: Usai AS Serang Yaman, CENTCOM Umumkan 2 Pasukan AL Amerika Hilang: Operasi Pencarian Berlangsung
Biaya tersebut diperkirakan bakalan melambung lagi mengingat Houthi ngotot akan membakar Laut Merah jika Amerika Serikat dan Inggris terus menyerangnya.
Bila menghindari biaya besar tersebut, maka kapal mengalihkan perjalanan kargo di sekitar ujung selatan Afrika, menghindari Teluk Aden dan Terusan Suez.
Namun, efeknya juga tetap merugikan karena perubahan rute ini menambah lebih dari sepuluh hari tambahan dalam perjalanan dan menyebabkan tagihan asuransi melonjak.
Sementara, biaya gaji pegawai meningkat, sementara perjalanan yang lebih jauh juga memaksa perusahaan transportasi untuk membakar bahan bakar tambahan.
PBB Minta Tahan Diri
Utusan khusus PBB untuk Yaman, Hans Grundberg meminta agar seluruh pihak menahan diri dan memperingatkan situasi yang semakin genting di wilayah tersebut.
Ia menyebutkan tindakan lebih lanjut mungkin akan memperburuk situasi di Yaman yang sudah sulit. "Ini akan melemahkan keamanan jalur perdagangan maritim, dan meningkatkan ketegangan di kawasan," ujarnya memperingatkan.
Grundberg mengatakan bahwa upaya perdamaian yang ditengahi PBB yang menghasilkan persetujuan pihak-pihak Yaman untuk mendukung peta jalan perdamaian, berisiko dirusak karena meningkatnya ketegangan di Laut Merah.
Kantornya mengatakan bahwa Grundberg “mencatat dengan keprihatinan serius atas semakin gentingnya konteks regional dan dampak buruknya terhadap upaya perdamaian di Yaman serta stabilitas dan keamanan di kawasan.”
Para mediator internasional khawatir bahwa serangan AS terhadap wilayah yang dikuasai Houthi akan mendorong milisi Yaman untuk meninggalkan perundingan damai yang ditengahi PBB dan memulai operasi bersenjata di seluruh negeri.
Houthi Tak Gentar
Kelompok Houthi menyatakan tidak gentar dengan serangan AS dan Inggris di wilayahnya.
Houthi mengancam akan memberikan serangan yang efektif terhadap dua dedengkot anggota NATO tersebut.
Kelompok tersebut telah meneyerang sebuah kapal AS sebagai balasan terhadap bombardir yang dilakukan AS di wilayah Yaman.
AS mengakui serangan Houthi itu tidak terdeteksi radar, terjadi sehari setelah puluhan serangan Amerika dan Inggris terhadap fasilitas Houthi di Yaman.
“Serangan baru ini akan mendapat respons yang tegas, kuat dan efektif,” kata juru bicara Houthi Nasruldeen Amer dikutip dari Arab News.
Sementara itu Mohammed Abdulsalam, juru bicara Houthi lainnya mengatakan serangan AS dan Inggris, termasuk yang menghantam pangkalan militer di Sanaa, tidak berdampak signifikan terhadap kemampuan kelompok tersebut untuk mencegah kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel melewati Laut Merah dan Laut Arab.