TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keberlanjutan industri maritim Indonesia terus dioptimalkan sebagai upaya mendongkrak perekonomian nasional. Karena itu, PT Biro Klasifikasi Indonesia (BKI) bersama seluruh stakeholders maritim bahas kemajuan industri kemaritiman Indonesia.
Direktur Utama IDSurvey/BKI Arisudono Soerono mengatakan, BKI sebagai satu-satunya Badan Klasifikasi Nasional yang ditugaskan pemerintah, tahun ini berfokus pada proses bergabungnya International Association of Classification Societies (IACS), mempertahankan predikat white-list di Tokyo MoU, sustainability dan peningkatan jasa serta layanan industri maritim.
“BKI sedang dalam proses bergabung menjadi anggota International Association of Classification Societies (IACS). November 2023, BKI berstatus sebagai applicant untuk keanggotaan IACS," ujarnya.
"Kita semua tentunya berharap proses yang dijalani oleh BKI dapat berbuah hasil terbaik di penghujung tahun ini atau awal tahun depan,” ujar Arisudono ditulis Senin (22/1/2024).
Dia mengatakan, saat ini dunia fokus kepada keberlanjutan (sustainability) dalam ekonomi, sosial dan lingkungan.
Sektor maritim menjadi salah satu sektor yang berkontribusi terhadap ekonomi dunia, karena 80 persen perdagangan internasional diangkut oleh transportasi laut.
"Ketergantungan kepada sektor maritim, terlebih Indonesia adalah negara kepulauan, membuat kita semua di sini sangat relevan untuk berkolaborasi dalam pencapaian keberlanjutan di industri maritim dalam rangka Empowering Maritime Industries towards Sustainable Shipping,” kata Arisudono.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasi BKI, R. Benny Susanto memaparkan perkembangan dan fokus perusahaan di tahun 2024.
Baca juga: Pelaku Industri Maritim Diajak Ikut Dukung Predikat Whitelist Kapal Berbendera Indonesia
“BKI mendukung memajukan pelayaran Indonesia yang sustainable, di antaranya kami akan menyiapkan target energy efficiency pada kapal berbendara Indonesia yang didukung oleh stakeholder, peningkatan kualitas safety, pencapaian Net Zero Emission, dan Road Map Dual Fuel and Ship Recycling," ujarnya.
Baca juga: INSA Beberkan Alasan Industri Maritim Minim Penerapan Teknologi
"Kemudian pencapaian mutu kualitas internasional bersama, kerjasama dalam melakukan awareness dan familiarisasi kondisi peraturan maritim internasional, dan mendorong upaya meminimalisir resiko kapal yang berlayar secara internasional," sambung Benny.