Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lita Febriani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, pendapat yang menyatakan bahwa baterai berteknologi Lithium Ferro Phosphate (LFP) akan menggantikan nikel sebagai bahan baku utama baterai kendaraan listrik, sebenarnya itu hanyalah sebuah alternatif.
Dia menjelaskan, cadangan nikel di seluruh dunia memang tidak mungkin bisa memenuhi permintaan industri otomotif yang cukup besar.
"(Industri) mobil itu kebutuhannya besar sekali, terutama untuk baterai kendaraan listrik. Mereka mesti mencari alternatif. Lithium Ferro Phosphate (LFP) ini adalah alternatif cadangan," kata Lutfi dalam Diskusi Blak-blakan Soal Mobil Nasional dan Polemik LFP vs Nikel, Jakarta, Senin (29/1/2024).
Selain itu, beberapa industri lain juga memerlukan nikel sebagai bahan baku. Ini semakin menjadi faktor pendorong pada pelaku industri untuk mencari alternatif lain.
"Semua baterai untuk solar panel, baterai solar panel, baterai smartphone, baterai jam tangan, semua kebutuhan baterai itu memerlukan nikel. Jadi itu tidak cukup," ungkapnya.
Nikel tetap akan menjadi bahan baku dasar untuk industri selain otomotif, utamanya gadget. Dimana baterai pada smartphone masih tetap menggunakan nikel.
"Baterai, terutama untuk gadget tetap harus menggunakan nikel. Karena untuk saat ini, untuk gadget belum ada substitusinya," ujar Lutfi.
Baca juga: Harga Nikel Lagi Ambles, Mantan Mendag Luthfi Bilang Ada yang Nggak Suka Dominasi China
Menanggapi harga komoditas nikel yang disebut turun dan akan over supply di tahun depan, Lutfi menilai pemerintah Indonesia jangan mau ditakut-takuti.
Baca juga: Mantan Mendag Lutfi: Pasokan Nikel Tak Cukup Penuhi Kebutuhan Industri Mobil Listrik Indonesia
"Kita jangan terlalu mau ditakut-takuti oleh harga komoditas. Harga komoditas itu memang selalu fluktuasi," imbuhnya.