Arief beralasan, impor ini dikhususkan untuk stabilitas harga di tingkat peternak, sesuai arahan Presiden Joko Widodo.
"Yang harus dilakukan oleh Kementerian Pertanian (Kementan) adalah fokus pada peningkatan produksi jagung di hulu. Acuannya tentu dari data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) yang sudah diumumkan," kata Arief saat menerima aspirasi para peternak layer di kantornya di Jakarta, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (19/10/2023).
"Sementara di hilir, Badan Pangan Nasional berfokus pada penguatan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) jagung dan stabilisasi harga,” lanjutnya.
BPS pada 16 Oktober 2023 lalu, telah merilis data KSA BPS tentang luas panen dan produksi jagung.
BPS memperkirakan luas panen jagung sebesar 2,49 juta hektar yang berarti mengalami penurunan 0,28 juta hektar atau 10,03 persen dibandingkan luas panen tahun sebelumnya.
Sementara itu, untuk produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen pada 2023 sebesar 14,46 juta ton.