Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perekonomian Indonesia awal 2024 masih cukup kuat untuk tumbuh didukung sejumlah indikator. Berdasarkan data Purchasing Manufacturing Index (PMI) yang konsisten ekspansi dalam 29 bulan berturut-turut, mencapai 52,9 pada Januari 2024.
Pemerintah mencatat konsumsi listrik untuk bisnis tumbuh 8,9 persen (yoy), meskipun untuk industri sedikit turun 0,5 persen (yoy).
Dari sisi konsumsi, Indeks Keyakinan Konsumen terjaga di angka 125, Mandiri Spending Indeks meningkat 40,0 persen (yoy), dan Indeks Penjualan Riil tumbuh 3,7 persen (yoy).
Kondisi pasar keuangan domestik cukup dinamis. Nilai tukar rupiah tercatat mengalami depresiasi (melemah 1,39 persen ytd), demikian juga indeks Dolar AS.
Pengamat Pasar Uang sekaligus Direktur PT Laba Forexineo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan mata uang rupiah hari ini ditutup menguat 45 point walaupun sebelumnya sempat melemah 30 point di level Rp15.589 per dolar AS.
“Perdagangan besok rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp15.550-Rp15.620 per dolar AS,” ucap Ibrahim, Kamis (22/2/2024).
Dia menyampaikan penguatan rupiah sejalan pernyataan Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh lebih baik di kisaran 4,7-5,5 persen pada tahun ini.
Pada triwulan keempat 2023 pertumbuhan tercatat sebesar 5,04 persen (yoy), meningkat dari 4,94 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya sehingga secara keseluruhan tahun 2023 mencapai 5,05 persen (yoy).
Baca juga: Tugas Presiden Baru Dorong Pertumbuhan Ekonomi 7 Persen, Ini Problemnya
Prospek ini dipengaruhi oleh membaiknya ekspor sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi dunia serta tetap baiknya permintaan domestik didukung oleh positifnya keyakinan pelaku ekonomi
“Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan, khususnya melalui kebijakan makroprudensial dan kebijakan sistem pembayaran, serta bersinergi dengan stimulus fiskal Pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya dari sisi permintaan domestik,” papar Ibrahim.
Hingga 19 Februari 2024, terjadi capital inflow sebesar Rp18,24 triliun (ytd) (pasar saham inflow sebesar Rp20,89 triliun (ytd) dan pasar SBN domestik outflow sebesar Rp2,65 triliun (ytd)), serta yield SUN 10Y cenderung sideways, naik 9bps (ytd).
Baca juga: Perekonomian RI Tumbuh 5,05 Persen Selama 2023, Sri Mulyani: Ini Suatu Cerita Positif
APBN mencatatkan kinerja yang baik di awal tahun 2024.
Realisasi Belanja Negara mencapai Rp184,2 triliun atau 5,5 persen pagu APBN. Komponen Belanja Pemerintah Pusat (BPP) telah terealisasi sebesar Rp96,4 triliun (3,9 persen dari pagu APBN), ditopang Belanja K/L sebesar Rp44,8 triliun dan Belanja non-K/L sebesar Rp51,6 triliun.