Pimpinan Cabang BRI Solo Slamet Riyadi, Agung Ari Wibowo, dalam keterangannya menerangkan pentinganya menggaet nasabah dari holding usaha ultra mikro.
"Tujuannya untuk pemberdayaan layanan dengan membuka seluas-luasnya entites dan ekosistem ultra mikro, kemudaan dalam mendapatkan modal usaha dalam bisnis kecil," paparnya.
Tersalurnya pinjaman hingga kepada pelaku usaha ultra mikro juga disebutkan untuk menambah jumlah nasabah dari berbagai kelompok.
Di antaranya Kelompok PNM Mekaar dimulai dari Klaster Usaha, KUBE, pasar tradisional, kelompok tani, kelompok nelayan, ekosistem desa Lainnya.
Sementara dari adanya kerjasama tersebut, Agung menyebutkan beberapa nasabah bisa naik kelas dari unbanked menjadi bankable.
Pada kesempatan berbeda, Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan bahwa AgenBRILink terbukti membantu masyarakat dengan kemudahan bertransaksi melalui tanpa harus pergi ke kantor cabang atau ATM. Hal ini menciptakan nilai ekonomi dan nilai sosial secara bersamaan.
"AgenBRILink mengadopsi hybrid banking, yakni proses internal layanan perbankan telah didigitalisasi, sementara proses interaksi dengan nasabahnya masih human touching melalui agen," terangnya.
AgenBRILink menjadi upaya perseroan dalam meningkatkan kapabilitas pemberdayaan.
Hal ini tak terlepas dari salah satu aspirasi besar yang ingin dicapai perseroan pada 2025 yaitu menjadi Champion of Financial Inclusion.
Inklusi keuangan perlu berkualitas karena terkait kemakmuran. Seperti diketahui, Pemerintah mencanangkan target inklusi keuangan mencapai 90 persen pada 2024.
Agen laku pandai milik BRI atau AgenBRILink mampu menjawab karakteristik nasabah di tataran ekonomi akar rumput.
Saat ini, masih banyak nasabah yang lebih senang bertransaksi perbankan lewat agen.
Sebagai informasi, hingga Desember 2023, BRI mencatat jumlah AgenBRILink telah mencapai sebanyak lebih dari 740 ribu yang tersebar di 61.067 Desa di seluruh Indonesia. Sementara volume transaksi tercatat sebesar Rp 1.427 triliun.