News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Badan Pangan Nasional Minta Bulog Serap Gabah Petani Lebih Optimal

Penulis: Endrapta Ibrahim Pramudhiaz
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi pedangang beras

Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perum Bulog diminta memperkuat serapan gabah petani seiring dengan masa panen raya yang masih berlangsung.

Hal itu diungkapkan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi ketika meninjau Modern Rice Milling Plant (MRMP) Bulog di Karawang, Jawa Barat, Minggu (28/4/2024).

"Di masa panen raya seperti ini, Bulog agar terus memperkuat perannya sebagai offtaker hasil panen petani. Kita jaga harga di tingkat petani supaya tidak jatuh," kata Arief dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (29/4/2024).

Baca juga: 3 Masukan HKTI di Hari Jadi ke-51 Buat Presiden Terpilih: Dari Produksi Beras hingga Insentif Petani

Menurut dia, tidak ada alasan Bulog tidak menyerap karena sudah memiliki dryer. "Keringkan, lalu simpan dalam bentuk GKG (Gabah Kering Giling)," kata Arief.

Adapun untuk mengoptimalkan serapan ini, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan fleksibilitas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Fleksibilitas ini disebut memungkinkan Bulog menyerap gabah/beras dan menjaga harga di tingkat petani.

Kebijakan fleksibilitas ini telah diberlakukan sejak awal April hingga 30 Juni 2024 untuk mendorong peningkatan serapan Bulog pada periode panen raya.

Adapun kebijakan fleksibilitas HPP gabah dan beras yang diterapkan bagi Perum Bulog yakni Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani Rp 6.000 per kg.

Selanjutnya Gabah Kering Giling (GKG) di gudang Perum Bulog Rp 7.400 per kg.

Sementara HPP beras di gudang Perum Bulog dengan derajat sosoh minimal 95 persen, kadar air 14 persen, butir patah maksimal 20 persen, dan butir menir maksimal 2 persen Rp 11.000 per kg. Ini berlaku sampai akhir Juni mendatang.

"Kita jalankan perintah Bapak Presiden agar stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) terus diperkuat, terutama dari hasil produksi dalam negeri," ujar Arief.

Baca juga: Sidang Korupsi Bansos Beras Covid-19 Ungkap Uang Terima Kasih Proyek Rp 40 Juta, Eh Sempat Ngeles

"Untuk itu, silo terus dipenuhi dengan stok GKG, baik yang dikeringkan Bulog sendiri maupun yang dikeringkan petani," lanjutnya.

Arief mengatakan, aspek digitalisasi juga harus ditajamkan saat melakukan monitoring kondisi stok dalam bentuk control room yang mampu mengetahui secara real time kondisi stok yang ada.

MRMP Karawang Ditargetkan Serap GKP 5 Ribu Ton

Sebagaimana diketahui, MRMP Bulog di Karawang dilengkapi dengan 4 unit dryer atau mesin pengering berkapasitas 120 ton per hari dengan kemampuan operasional 18 jam dan Rice Milling Unit (RMU) berkapasitas 6 ton per jam.

Di samping itu, terdapat pula 3 unit silo dengan total kapasitas penyimpanan GKG mencapai 6.000 ton.

Ditargetkan sampai akhir Mei ini, total GKP (Gabah Kering Panen) yang diserap MRMP Karawang 5.000 ton.

Adapun total penyerapan GKP sampai 27 April telah mencapai 2.481 ton. Telah dilakukan proses giling sebanyak 274 ton.

Sementara itu, total stok GKG yang masih tersimpan ada sebanyak 1.887 ton.

Bulog Telah Serap 633 Ribu Ton Gabah

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi menyatakan, Bulog telah menyerap sebanyak 633 ribu ton gabah dalam negeri untuk pengadaan beras dalam negeri tercatat hingga April 2024.

"Saat ini Bulog sudah melakukan pengadaan dalam negeri sebanyak 633 ribu ton setara gabah. Kita menggunakan setara gabah, 633 ribu ton setara gabah atau setara berasnya 329 ribu ton," kata Bayu, Kamis (25/4/2024).

Bayu mengungkapkan, terdapat dua alasan Perum Bulog hanya bisa menyerap 633 ribu ton gabah.

Pertama, masa panen yang cukup pendek. Sehingga petani-petani berebut untuk masuk ke penggilingan yang dikelola Bulog maupun mitra terkait.

"Waktu yang pendek ini, menimbulkan kendala di mesin pengering kenapa, karena pada saat yang sama mataharinya masih ada dan tiada," ucap Bayu.

Kemudian, masalah kedua adalah kelangkaan pupuk yang berdampak pada produksi gabah yang tidak optimal. Bahkan, kualitas daripada gabah pun turut berdampak hal tersebut.

"Dampak dari situasi pupuk tahun 2023 awal 2024 yang pupuknya pada waktu itu masih menghadapi kendala termasuk tidak optimalnya komposisi ketersediaan pupuk. Itu membuat kualitas dari gabah menjadi tidak optimal sehingga pecahnya banyak, kuningnya banyak," jelas Bayu.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini