Oleh: Fadli Zon
Ketua Umum DPN HKTI sekaligus Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra
HARI ini merupakan hari istimewa bagi HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia). Tepat pada hari ini, lima puluh satu tahun lalu, organisasi ini lahir.
HKTI adalah hasil dari penyatuan 15 organisasi tani. Penyatuan itu dimaksudkan untuk memperkuat pembelaan terhadap kaum tani kita.
Pada usianya ke-51 ini, HKTI merasa beruntung karena telah berhasil mengantarkan ketua dewan pembinanya, yang juga mantan Ketua Umum DPN HKTI dua periode (2004-2010, 2010-2015), yaitu Jenderal TNI H. Prabowo Subianto, menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia.
Terpilihnya Pak Prabowo memang sangat disyukuri oleh kami, karena dengan demikian kita saat ini memiliki seorang presiden yang merupakan kader tani.
Kita berharap, dengan dipimpin kader HKTI, pertanian kita ke depan bisa lebih maju dan petani kita jadi lebih sejahtera.
Baca juga: Kolaborasi HKTI dan INTI Dorong Produk Pertanian Indonesia Tembus Pasar Tiongkok
3 Masukan HKTI di Hari Jadi ke-51 Buat Presiden Terpilih: Dari Produksi Beras hingga Insentif Petani
Perum Bulog Cirebon Serap Hampir 20 Ribu Ton Beras dari Petani hingga April, Sentuh 47 Persen Target
Perum Bulog Cirebon Serap Hampir 20 Ribu Ton Beras dari Petani hingga April, Sentuh 47 Persen Target
Isu kesejahteraan petani ini memang tak akan pernah usang.
Kunci ketersediaan pangan memang adalah kesejahteraan petani. Jika petani tak sejahtera, mereka akan pindah ke profesi lain dan mengubah lahan pertaniannya menjadi lahan non-pertanian. Ketika itu terjadi, maka masa depan pangan kita akan terancam.
Sebagai catatan, hingga saat ini orang Indonesia masih tercatat sebagai salah satu pemakan nasi terbesar di dunia.
Menurut Statista (2017), konsumsi beras kita per kapita adalah 135 kg, lebih tinggi daripada Filipina (115 kg), Thailand (99 kg), dan juga Malaysia (81 kg).
Di sisi lain, meskipun jumlah petani padi Indonesia tercatat sebagai salah satu yang terbesar di dunia, namun produksi beras kita terus-menerus tak pernah bisa memenuhi jumlah permintaan.
Jumlah produksi dan konsumsi beras kita ada di posisi perlombaan yang tak sehat.
Dengan jumlah penduduk 280 juta, dan angka pertumbuhan penduduk sekitar 1,1-1,4 persen per tahun, produksi beras kita sulit untuk bisa mengimbangi.