TRIBUNNEWS.COM - Belasan paralon terkumpul di pojokan ruang workshop Eank Solo.
Pipa-pipa itu merupakan pipa bekas karena terlihat melengkung pada bagian ujungnya.
Warnanya juga sudah usang, beberapa bernoda warna merah karat seperti pernah terpapar bekas sambungan besi saluran air.
Memang, timbunan pipa tersebut adalah limbah paralon yang dikumpulkan Eko Alif Muryanto, pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sangkar burung berbahan dasar paralon bekas.
Bukan main, olahan limbah paralon menjadi bahan pembuatan sangkar burung karya Eko mampu berbicara di dunia global.
Tangan dingin Eko membuat sangkar burung produksinya telah sampai di Belgia, Eropa.
Ekspor sangkar burungnya juga telah merambah pasar Asia.
"Kalau paling sering ekspor ke Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Taiwan, Kamboja. Saya ekspor sejak 2016," kata Eko ditemui di workshop sangkar burung dan aquarium Eank Solo di, Mojosongo, Jebres, Solo, Sabtu (27/4/2024).
Sembari menunjukkan karya sangkar burung dari paralon bekas, Eko mengisahkan sejarah berkecimpung di dunia UMKM.
Mulanya, Eko adalah pedagang sparepart mobil di Pasar Klitikan, Semanggi.
Aktivitasnya yang kerap kali berkunjung ke penampungan rongsok secara langsung mengenalkannya pada limbah paralon di tempat itu.
Baca juga: Segudang Manfaat BRImo, Jual Beli Online hingga Tiket Kereta Api Dalam Genggaman
Matanya tertuju pada potongan-potongan pipa bekas yang berserakan tanpa tuan.
Terlintas ide untuk memanfaatkan barang yang disebutnya bisa bernilai tinggi itu jika dipoles dengan baik.
Dengan modal nekat, Eko mengambil paralon-paralon bekas tersebut untuk dibawa pulang.