Bisa dikatakan Eko merupakan pelaku UMKM 'angkatan pertama' yang bergabung di Rumah BUMN Solo.
"Dulu kami bahkan punya slogan kalau Rumah BUMN itu rumah kedua kami. Tiap hari posting produk di situ, ada wifi, ada PC ada laptop, kami manfaatkan," ujar pria yang pernah menggeluti usaha jual beli onderdil mobil itu.
Pengetahuan dasar dunia digital, dari teknologi hingga pemasaran ia dapatkan dari Rumah BUMN Solo.
Eko juga pertama kali mengunggah video produknya di YouTube dari komputer yang berada di Rumah BUMN Solo, yang berada tak jauh dari Stadion Manahan Solo.
"Saking senengnya pakai YouTube, saya upload YouTube pertama kali di Rumah BUMN malah pakai akunnya Rumah BUMN, bukan akun saya," kenangnya.
Kini, usaha sangkar burung yang diberi nama Eank Solo ini sudah merambah ekspor ke sejumlah negara di Asia dan Eropa.
Peran Perbankan
Kesuksesan Eko tak terlepas dari dorongan Rumah BUMN Solo terhadap usaha Eko yang memanfaatkan limbah tak terpakai.
"Pertama kali ekspor yang bener-bener saya ekspor itu tahun 2018, kalau sebelumnya, ada orang beli terus dibawa dan dijual di luar negeri. Tapi kalau bener-bener cari buyer dari luar negeri itu 2018," ungkapnya.
Mulai dari Malaysia, Vietnam, Singapura, Brunei, Taiwan, hingga India dan Belgia.
Dalam perjalanan produknya go ekspor, Eko juga terbantu oleh Rumah BUMN Solo.
"Saya kerap konsultasi, pas dapet buyer dari luar, saya konsultasi bagaimana jawabnya, langsung dibantu, jawabannya gini gini gini."
"Seperti konsultasi dengan keluarga, tidak ada jarak," ujarnya.
Untuk sangkar burung, Eko bisa membuat dengan diameter 16-60 centimeter yang dijual mulai dari harga Rp 350 ribu hingga Rp 2,5 juta.
Omzet Eko pun bisa menyentuh belasan juta rupiah per bulannya.