News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Hari Buruh

Serikat Buruh di Asia Serentak Gelar Aksi May Day, Massa Turun ke Jalan Tuntut Kenaikan Upah

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Choirul Arifin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para pekerja dan aktivis di ibu kota Korea Selatan, Seoul, kompak menggelar aksi unjuk rasa dengan turun ke jalan untuk memperingati May Day hari ini, Rabu, 1 Mei 2024.

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Para pekerja dan aktivis di ibu kota Korea Selatan, Seoul, kompak menggelar aksi unjuk rasa dengan turun ke jalan untuk memperingati May Day hari ini, Rabu, 1 Mei 2024.

Aksi demo May Day diadakan di lebih dari 10 titik lokasi yang tersebar di Korea Selatan, para buruh yang tergabung dalam serikat pekerja KCTU mengecam rancangan undang-undang Presiden Korsel Yoon Suk Yeol yang dinilai agresif lantaran membatasi hak perusahaan untuk mencari kompensasi.

“Dalam dua tahun terakhir di bawah pemerintahan Yoon Suk Yeol, kehidupan para buruh kami berada dalam keputusasaan,” Yang Kyung-soo, pemimpin Konfederasi Serikat Buruh Korea, dikutip dari kron4.

Selain di Korsel, 10.000 orang di Jepang dilaporkan berkumpul di Taman Yoyogi di pusat kota Tokyo untuk menghadiri acara May Day, menuntut kenaikan upah.

Tuntutan ini diajukan Masako Obata, pemimpin Konfederasi Serikat Buruh Nasional yang berhaluan kiri. Dalam pidatonya Obata mengatakan tahun ini upah Jepang masih kalah jauh bila dibandingkan negara besar lainnya.

Apabila hal tersebut tak kunjung diubah maka akan semakin banyak pekerja di Jepang dalam kondisi hidup yang buruk imbas kesenjangan pendapatan.

“Pada May Day ini, kami bersatu dengan rekan-rekan pekerja kami di seluruh dunia untuk membela hak-hak mereka,” katanya sambil meneriakkan “banzai!” atau umur panjang, bagi semua pekerja.

Sementara itu kondisi ibu kota Filipina, Manila, pada Rabu siang dipenuhi ratusan pekerja dan aktivis sayap kiri yang mengadakan unjuk rasa di besar-besaran untuk menuntut kenaikan upah dan keamanan kerja di tengah melonjaknya harga pangan dan minyak.

Baca juga: May Day, Serikat Driver Ojol Turun ke Jalan Tuntut Persamaan Hak-hak Pekerja

Sambil mengibarkan bendera merah para demonstran asal Filipina mengangkat poster bertuliskan “Kami bekerja untuk hidup, bukan untuk mati” dan “Menurunkan harga atau menaikkan gaji,

Berbeda dari negara lainnya pemerintah Turki justru melarang para buruh, serikat pekerja hingga masyarakat sipil mengadakan aksi demonstrasi May Day di Lapangan Taksim pusat İstanbul. Larangan ini disampaikan Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya, Selasa (30/4/2024).

Melalui cuitan di akun sosial media X-nya Yerlikaya menyampaikan bahwa larangan demo May Day pada 1 Mei di lapangan Taskim dirilis karena alasan keamanan publik.

Baca juga: Njomplang! Upah Buruh Cuma Naik 1,58 Persen, Inflasi Sudah 2,8 Persen, Said Iqbal: Kita Nombok!

“Alun-Alun Taksim bukan salah satu tempat yang ditunjuk untuk pertemuan dan unjuk rasa. Daerah ini, dengan lalu lintasnya yang padat, menimbulkan risiko serius terhadap perlindungan hak-hak pribadi,” kata Yerlikaya sebagaimana dikutip dari media lokal 1lurer.

“Prioritas kementerian adalah memastikan ketenangan dan keamanan kota metropolitan,” tegas Yerlikaya.

Sejarah May Day

May day atau hari buruh adalah hari untuk memperingati perjuangan dan pencapaian bersejarah yang dilakukan oleh para pekerja dan gerakan buruh seluruh dunia. Adapun aksi ini digelar untuk memperingati peristiwa Kerusuhan Haymarket di Chicago.

Kerusuhan ini bermula akibat revolusi industri pada abad ke-18 di Inggris yang memberikan dampak besar terhadap hubungan antara buruh dengan pengusaha. Kondisi tersebut lantas memicu protes di kalangan buruh hingga puncaknya pada 1 Mei 1886 atau jelang akhir abad ke 19.

Baca juga: May Day, Presiden KSPI Sebut Upah Ideal Pekerja di Jakarta Minimal Rp7 Juta Per Bulan

Salah satunya peristiwa Haymarket yang merupakan konfrontasi demo yang terjadi selama empat hari menjalar ke berbagai negara bagian, dan melibatkan ratusan ribu buruh. Saat itu, polisi mencoba untuk meredam aksi massa. Namun, ada oknum yang melempar bom hingga polisi spontan mengeluarkan tembakan acak.

Akibatnya, tujuh petugas polisi tewas dan 60 lainnya terluka, serta 4 hingga 8 korban sipil diperkirakan tewas dan 30-40 orang terluka. Peristiwa Kerusuhan Haymarket di Chicago itu kemudian menjadi simbol perjuangan internasional untuk hak-hak pekerja dan kaum buruh.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini