News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Starlink Masuk Indonesia, Luhut Sebut BTS Tak Lagi Diperlukan, Ini Kata Dirut Telkom

Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Starlink sebagai layanan internet berbasis satelit menjadi hal yang baru di Tanah Air karena selama ini masyarakat Indonesia dilayani oleh Internet Service Provider (ISP) eksisting berbasis fiber optic dan broadband.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk mengungkapkan, infrastruktur telekomunikasi Base Transceiver Station atau BTS, keberadaannya masih diperlukan.

Meskipun teknologi berupa satelit low-earth orbit (LEO) milik Starlink akan beroperasi di Indonesia.

Sebagai informasi, BTS adalah suatu infrastruktur telekomunikasi yang memfasilitasi komunikasi nirkabel antara perangkat komunikasi dan jaringan operator.

Baca juga: Menkominfo Ultimatum Starlink Patuhi Kebijakan di RI: Kalau Tahun Depan Enggak Comply, Good Bye

Fungsi BTS adalah mengirimkan dan menerima sinyal radio ke perangkat komunikasi seperti telepon seluler, telepon rumah dan sejenis gawai lainnya, kemudian sinyal radio tersebut akan diubah menjadi sinyal digital yang selanjutnya dikirim ke terminal lainnya menjadi sebuah pesan atau data.

Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah mengungkapkan, pada dasarnya setiap jenis infrastruktur telekomunikasi mulai dari BTS hingga satelit LEO, memiliki kelemahan.

Untuk satelit LEO seperti Starlink mempunyai kelemahan saat digunakan di wilayah padat penduduk dan bangunan, seperti di kota-kota besar.

Sebaliknya, teknologi tersebut justru lebih bagus digunakan di daerah pedalaman seperti daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

Di sisi lain, untuk BTS sendiri disebut pembangunannya di wilayah 3T cukup sulit. Yakni mulai dari distribusi material hingga transportasi ke wilayah tersebut yang cukup sulit, sehingga memakan biaya yang mahal.

"Starlink itu akan lebih kreatif di daerah-daerah 3T. Karena di daerah 3T itu untuk BTS terlalu mahal, sehingga kita butuh teknik satelit," ungkap Ririek di Jakarta, Senin (10/6/2024).

Baca juga: Respons Sejumlah Operator Seluler soal Starlink, Cek Juga Tarif Layanan untuk Residensial

"Kelemahan dari satelit kebetulan yang seperti starlink itu adalah membutuhkan frekuensi yang cukup tinggi, dia akan lebih sensitif dengan adanya obstacle (rintangan) seperti pohon. Bahkan di dalam bangunan itu sulit," sambungnya.

Ririek mengungkapkan, pada dasarnya keberadaan Starlink justru akan melengkapi ekosistem telekomunikasi di Tanah Air.

Ia juga menyebut, keberadaan Starlink tak merugikan perusahaan operator nasional.

Sebaliknya, dengan beragamnya infrastruktur telekomunikasi akan menguntungkan masyarakat Indonesia.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini