Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan, Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) mengalami defisit Rp 21,8 triliun pada akhir Mei 2024 atau setara 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Kita membukukan defisit Rp 21,8 Triliun atau ini artinya 0,1 persen dari produk domestik bruto, karena defisit biasanya juga diukur dari sisi persentase terhadap PDB," kata Sri Mulyani saat Konferensi Pers APBN KiTa secara virtual, Kamis (27/6/2024).
Menurutnya, kinerja APBN bulan Mei 2024 ini tetap terjaga dengan keseimbangan primer positif yaitu sebesar Rp 184,7 triliun, meskipun pertama kalinya defisit sepanjang tahun 2024 ini.
Baca juga: IHSG dan Rupiah Kompak Menguat Dipicu Sentimen Defisit Fiskal di Bawah 3 Persen
Di satu sisi, Sri Mulyani menjelaskan pendapatan negara pada Mei 2024 ini sebesar Rp 1.123,5 triliun atau setara 40,1 persen dari target.
"Meskipun pencapaian ini untuk bulan Mei dari sisi presentase cukup baik, namun kalau kita lihat pertumbuhan dibandingkan tahun lalu bulan Mei terjadi penurunan 7,1 persen secara year on year," jelasnya.
Bendahara negara itu bilang, penurunan ini disebabkan oleh pendapatan negara yang tumbuh di tahun 2022 dan 2023 yang didorong dari peningkatan komoditas-komoditas unggulan.
Sehingga membukukan penerimaan dari sisi perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang cukup tinggi.
"Ini tentu sesuatu yang perlu untuk terus kita monitor dan waspadai," jelas dia.
Sedangkan kinerja belanja negara hingga akhir Mei telah mencapai Rp 1.145,3 triliun atau setara 34,4 persen dari pagu anggaran. Sri Mulyani bilang, jumlah ini 14 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
"Ini 14 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu atau artinya tumbuhnya 14 persen secara year on year," ungkapnya.