Mereka mengubah nomor telepon yang ada di Google agar bisa mengarahkan calon konsumen ke nomor telepon mereka sendiri. Di dalam komunikasinya, apabila tamu akan melakukan reservasi, maka diarahkan untuk melakukan pembayaran ke rekening tertentu.
"Si pihak yang tidak bertanggung jawab ini memberikan harga itu murah, lebih murah daripada room rate yang resmi," ucap Hariyadi.
"Nah ini kan masyarakat biasanya tertarik ya. 'Wah ini harganya murah nih.' Ya sudah ambil di situ gitu," lanjutnya.
Ia mengatakan, sudah ada 10 hotel di Jawa Tengah yang tamunya menjadi korban di kasus ini. Mereka telah mentransfer kepada pihak yang tidak bertanggung jawab.
Baca juga: PHRI: Pembayaran Melalui QRIS Dapat Minimalisir Penggunaan Uang Palsu
Saat ini, kata Hariyadi, para pengelola hotel sudah melakukan perbaikan data di akun Google Business mereka. Namun, karena data di Google Business sifatnya terbuka, peluang untuk selalu bisa diubah oleh para pihak yang tidak bertanggung jawab ini selalu ada.
Hariyadi pun mengimbau masyarakat yang ingin mereservasi kamar hotel, bisa langsung menghubungi website resmi perusahaan atau melalui online travel agent.
Saat ini, PHRI di berbagai daerah juga sudah melaporkan kepada polda masing-masing terkait dengan peretasan ini. PHRI Pusat juga akan melaporkan ke Mabes Polri yang bergerak di bagian kriminal siber dalam waktu dekat.
"Mungkin besok atau lusa, kami sambil mengumpulkan data dari daerah yang sudah terjadi korban untuk kita laporkan segera," pungkas Hariyadi.