Menurut dia, jika target penerimanya sebesar 82,9 juta orang, negara akan menghadapi kesulitan pasokan.
Ia mencontohkan kebutuhan susu. Menurut hitung-hitungannya, kebutuhan susu di Indonesia itu 20,7 juta liter per hari.
Apabila target penerima MBG 82,9 juta orang, pemerintah harus mengandalkan impor agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
"Kemungkinan besar kalaupun itu dilaksanakan sesuai dengan jumlah siswa dan ibu hamil yang akan menerima, itu nanti kebutuhan susu akan melonjak sekitar 3-4 kali dan itu semuanya dari mana? Ya dari impor karena peternakan kita pasti tidak siap," jelas Andreas.
Ia mengatakan, selama 25 tahun terakhir, ternak sapi perah itu hanya bertambah 150 ribu. Dari 350 ribu, saat ini jumlah ternak sapi perah sekitar 500 ribu.
Angka 500 ribu itu pun mengalami penurunan dari tahun 2022 yang sebesar 580 ribu sapi perah karena Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Apabila ada lonjakan kebutuhan susu, ia menyebut Indonesia membutuhkan sekitar 3 juta sapi perah, alias sekitar 6 kali lipat dari jumlah sekarang.
Peternakan dalam negeri pun dianggap belum siap menghadapi lonjakan tersebut. Maka dari itu, ia menyarankan agar jumlah penerima MBG diturunkan untuk menghindari kenaikan.
Adapun Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana memperkirakan 82,9 juta orang penerima MBG bisa terealisasi pada 2027.
Pada 2025, penerima MBG ditargetkan bisa mencapai minimal 20 juta.
Penerima dari MBG ini meliputi anak sekolah dari PAUD hingga SMA, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita.