News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Melihat Lebih Dekat Food Estate 3 Juta Hektare, Rekrut 3 Ribu Milenial Jadi Petani

Penulis: Yulis Sulistyawan
Editor: Seno Tri Sulistiyono
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kawasan food estate di Kapuas, Kalteng. Saat ini pemerintah sedang mencetak 3 juta sawah baru yang berada di Merauke seluas 1 juta hektar, Kalimantan Tengah (400 ribu ha), Kalimantan Selatan (500 ribu ha), Sumatera Selatan (500 ha) dan Kalimantan Barat (200 ribu ha).

TRIBUNNEWS.COM, KAPUAS - Pemerintah bertekad mewujudkan swasembada beras dan menjadikan Indonesia sebagai lumbung padi dunia. 

Guna mewujudkan cita-cita besar itu, pemerintah sedang membangun food estate dengan cara mencetak sawah baru.

Targetnya, 3 juta hektare sawah baru tercipta dalam beberapa tahun ke depan. 

Cetak lahan baru ini karena produksi beras di Indonesia sangat pas-pasan dengan jumlah konsumsi.

Baca juga: Hadapi Darurat Pangan Dunia, Pemprov Kalteng dan Kementan Gelar Rakor Optimalisasi Lahan Food Estate

 "Produksi kita tahun 2023 sebesar 32,5 juta ton beras per tahun. Tahun ini, dengan cetak sawah baru secara bertahap produksi beras sudah di atas 32,5 juta ton," ucap Menteri Pertanian Amran Sulaiman yang berkunjung ke Kapuas, Kalteng, Jumat (27/9/2024).

Saat ini pemerintah sedang mencetak 3 juta sawah baru yang berada di Merauke seluas 1 juta hektare, Kalimantan Tengah (400 ribu ha), Kalimantan Selatan (500 ribu ha), Sumatera Selatan (500 ha) dan Kalimantan Barat (200 ribu ha).

Untuk mengecek proses pembangunan sawah, Tribunnews.com berkesempatan melihat langsung lahan food estate di Kapuas, Kalimantan Tengah.

Lokasinya berada di Kelurahan Dadahup dan Pulang Pisang, Kabupaten Kapuas yang berjarak sekitar 180 km dari Palangkaraya. 

Perjalanan dari Palangkaraya menuju Kapuas di tempuh dengan jalur darat selama 3,5 jam. 

Area food estate di Kapuas, Kalimantan Tengah.

Jalanan mulus dengan aspal kategori baik dari Palangkaraya hingga Kapuas.

Di kawasan Food Estate, terbangun rapi saluran air untuk irigasi.

Begitu tiba di lahan food estate, hamparan lahan persawahan terbentang luas. 

"Targetnya 500 ribu hektar di Kalimantan Tengah, " tegasnya.

Amran menyampaikan, untuk mewujudkan food estate ini maka pengolahan lahan pertanian menggunakan tekhnologi dan mekanisasi.  

"Indonesia bertransformasi dari pertanian tradisional ke modern. Kita tidak kalah dengan luar negeri," tegas Amran.

Amran juga memamerkan peralatan pertanian canggih. 

Ada traktor dua roda dan empat roda, eskavator, drone untuk memumpuk dan menebar benih, traktor menanam padi, traktor memanen padi dan lainnya.

Untuk menggarap sawah ini, pemerintah memanggil anak-anak muda untuk terjun langsung menggarap sawah dengan cara modern. 

Menteri Pertanian Amran Sulaiman berkunjung ke kawasan food estate di Kapuas, Kalteng, Jumat (27/9/2024).

"Ada 3000 anak muda dan mahasiswa yang terlibat dalam program cetak sawah ini," tegasnya.

Dengan menggunakan teknologi canggih, satu kelompok petani berjumlah 20 orang bisa menggarap sawah seluas 250 hektar. 

Amran menghitung, jika padi yang dihasilkan rata-rata 5-6 ton per hektar, maka pemuda dan mahasiswa yang menggarap sawah, mininal mereka bisa mendapatkan Rp 30 juta per orang dalam satu musim panen. 

"Kalau rajin dan hasilnya bagus, bisa dapat lebih banyak," kata Amran.

Haidar (21 thn), pemuda asal Sidoarjo Jawa Timur yang menjadi bagian petani milenial penggarap sawah di Kapuas mengaku senang bisa menjadi bagian dari program pemerintah menjadikan Indonesia sebagai lumbung padi dunia.

Haidar sudah 2 pekan tiba di Kapuas dan bersama 20 rekan sekelompoknya menggarap sawah.  

"Saya merantau dari Jawa Timur. Orangtua mengikhlaskan saya menjadi petani di sini," ujar Haidar yang alumnus Polbangtan Malang.

Bersama rekannya, ia menggarap sawah menggunakan peralatan canggih yang dihibahkan pemerintah.

Hal senada disampaikan Putra Jaya Ramadhan (22 thn) asal Mojokerto, Jawa Timur. 

"Kami pasti bisa mengolah sawah di sini yang notabene adalah bekas rawa yang. Penuh tantangan untuk mengolahnya," katanya.

(Tribunnews.com/Yulis Sulistyawan)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini