Digitalisasi di SIG diterapkan melalui plant optimizer, yang merupakan penggunaan Advanced Process Control dan Artificial Intelligence untuk meningkatkan efisiensi dalam proses produksi.
Advanced Process Control membantu SIG mencapai peningkatan produktivitas, serta penurunan konsumsi energi baik energi termal maupun energi listrik. Dengan demikian, plant optimizer juga membantu SIG menghasilkan produk-produk lebih ramah lingkungan dan tetap mempertahankan kualitas.
"Jadi, teknologi Advanced Process Control menggunakan database operasional pada implementasinya. Pabrik-pabrik ini yang awalnya belum terpasang sensor-sensor, kini kita pasang semua sensor-sensornya sehingga terkoneksi untuk mengatur proses produksi lebih efisien dan mengantisipasi dan mencegah gangguan operasi lebih dini," jelasnya.
Digitalisasi Turunkan Biaya Produksi dan Emisi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, penerapan teknologi industri 4.0 oleh SIG dapat menjawab tantangan bisnis dan memberikan dampak yang signifikan secara finansial maupun operasional. Dengan teknologi digital tersebut diakui Reni dapat menurunkan biaya produksi yang harus ditanggung oleh SIG.
Reni mencontohkan, pada implementasi plant optimizer di SIG yang mampu menghilangkan potensi permasalahan produksi melalui stabilisasi, kemudian peningkatan laju produksi dan penurunan konsumsi energi.
"Jadi, di tahun 2024 ini kita bisa menurunkan biaya produksi yang cukup signifikan," kata Reni.
Lebih lanjut, dari sisi konsumsi energi panas misalnya bisa turun 3 persen. Kemudian konsumsi energi listrik dapat turun 2 persen. Selain itu juga terjadi peningkatan produktivitas di mesin-mesin utama antara 2-6 persen.
Hal lain yang paling penting kata Reni adalah kontribusi terhadap pengurangan emisi CO2 tahun ini. Di mana secara konsolidasi, SIG berhasil menurunkan 5,5 juta ton emisi karbon melalui penerapan program-program digitalisasi tersebut.
"Nah, penghematan-penghematan tadi kalau diakumulasikan di tahun 2024 ini, berarti kami sudah menghemat sekitar Rp199 miliar dari penerapan teknologi digital," ungkapnya.
Penerapan transformasi industri 4.0 di industri semen merupakan langkah terobosan untuk mewujudkan operational excellence. Di antaranya melalui peningkatan kepatuhan lingkungan, keselamatan, kualitas produk dan efisiensi proses produksi. Hingga akhirnya dapat memperkuat daya saing dan meningkatkan kontribusi terhadap perekonomian nasional.
Industri semen merupakan industri yang menggunakan sumber daya alam untuk bahan baku dan bahan bakarnya, sehingga Reni mengatakan perlu menerapkan prinsip keberlanjutan atau sustainability dalam menjalankan bisnisnya.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan digitalisasi di pabrik-pabrik, sehingga dalam proses pembuatan semen menggunakan metode dan material yang lebih ramah lingkungan dan menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah.
"Di saat yang sama tetap menghasilkan produk yang memiliki kualitas setara di kelasnya atau yang sering kita sebut dengan green cement," jelas Reni.
Digitalisasi dipandang SIG menjadi satu cara untuk menjaga competitiveness serta keberlanjutan industri.