News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Industri Kelapa Sawit Berperan Penting dalam Energi Terbarukan, Bisa Kurangi Bahan Bakar Fosil

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Muhammad Zulfikar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja mengangkut kelapa sawit kedalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri kelapa sawit dinilai turut menjadi bagian penting dalam sektor energi terbarukan, khususnya untuk produksi biodiesel.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono mengatakan, biodiesel berbahan dasar minyak sawit memiliki peran krusial dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Baca juga: Ekspor ke Eropa, Produk Kelapa Sawit RI Melalui Dasbor Nasional Mulai Dilakukan

Sebagai negara yang telah mengimplementasikan program mandatori biodiesel, Indonesia berada di posisi terdepan dalam penggunaan energi hijau berbasis minyak sawit.

Saat ini, campuran biodiesel yang digunakan di Indonesia telah mencapai B35, yang berarti 35 persen biodiesel dari minyak sawit dan sisanya menggunakan solar dari minyak bumi.

“Rencana tahun depan, kita akan tingkatkan menjadi B40,” ujar Eddy dikutip Jumat (6/12/2024).

Program mandatori biodiesel bertujuan untuk mengurangi emisi karbon dan mendukung komitmen global dalam mitigasi perubahan iklim.

Menurut Eddy, Indonesia sudah berada di jalur yang tepat dibandingkan negara-negara lain dalam penggunaan energi terbarukan berbasis minyak sawit.

“Indonesia sudah sangat bagus dibandingkan negara lain untuk penggunaan energi hijau dari minyak sawit,” tambahnya.

Namun, meskipun pencapaian Indonesia dalam hal ini patut diapresiasi, Eddy mengingatkan adanya tantangan terkait dengan stagnasi produksi kelapa sawit dan penurunan produktivitas yang semakin terasa.

Baca juga: Menko Airlangga Dorong Limbah Kelapa Sawit Disulap Jadi Sumber Energi Alternatif

Hal ini, menurutnya, dapat menjadi hambatan dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan sektor pangan dan energi terbarukan.

“Kita harus berhati-hati agar tidak terjadi persaingan antara pangan dan energi,” kata Eddy.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, GAPKI terus mendorong percepatan peremajaan sawit rakyat (PSR), yang menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan produksi. Namun, Eddy mengungkapkan bahwa realisasi program peremajaan sawit rakyat masih jauh dari target yang ditetapkan.

“Saat ini, target peremajaan adalah 3 juta hektar, namun yang tercapai baru sekitar 400.000 hektar. Tidak ada kata lain, kita harus mempercepat ini (peremajaan), jika tidak, kita akan kesulitan dalam menjaga ekspor dan produksi,” tegas Eddy. 

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini