TRIBUNNEWS.COM - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengklaim fasilitas kesehatan di wilayahnya sudah bisa melakukan pengetesan virus corona hingga 150 kasus per hari.
Anies mengaku bersyukur mendapat izin dari pemerintah pusat meskipun jumlah tersebut belum mencukupi kuota harian di Jakarta.
Dilansir Tribunnews.com, hal tersebut diungkap Anies dalam teleconference unggahan YouTube Najwa Shihab, Rabu (18/3/2020).
Anies menjelaskan langkah Pemprov Jakarta saat ini utamanya adalah sosialisasi social distancing atau jaga jarak aman demi pencegahan virus corona.
Baca: Hari Ini, RSPI Rawat 9 Pasien Positif Corona dan 6 Pasien Dalam Pengawasan
Selain itu, ia juga tengah menanamkan kesadaran masyarakat bahwa setiap orang yang memiliki gejala menyerupai corona maka segera melakukan pengetesan di rumah sakit yang sudah ditunjuk.
"Setiap kali ada kasus, di mana orang dicurigai memiliki tanda-tanda Covid-19 maka kita segerakan melakukan pengetesan," ujar Anies.
Sebelumnya, Anies belum mendapat izin dari pemerintah pusat untuk melakukan pengetesan di daerah hingga pada Senin (16/3/2020) baru diperbolehkan.
"Tapi pengetesan itu (awalnya) tidak bisa kita lakukan, kemarin-kemarin kita harus mengirimkan (ke pusat) untuk mendapatkan hasilnya," ungkap Anies.
"Alhamdulillah hari Senin kemarin, kita mendapat izin untuk melakukan pengetesan itu di Jakarta," sambungnya.
Baca: Anies Ungkap Data Pasien Corona Beda dari Pemerintah, Najwa: Tak Koordinasi atau Ada yang Ditutupi?
Baca: Cerita Pasien 01 yang Kena Tegur Perawat karena Coba Lakukan Head Stand di Kasur saat Diisolasi
Anies mengklaim fasilitas pengetesan corona ini bisa digunakan maksimal 150 orang atau kasus per hari.
"Jadi dalam waktu amat singkat, Jakarta nanti punya kemampuan untuk melakukan pengetesan," kata Anies.
"Tetapi ada kapasitasnya, kemampuan untuk mengetes itu, karena alat yang dimiliki bisa mengetes satu hari kira-kira 120 sampai 150 case atau sampel," sambungnya.
Sayang sekali, bagi Anies angka maksimal 150 masih belum mencukupi kasus yang terus meningkat di Jakarta.
"Jadi tidak kemudian serta merta kapasitas pengetesan itu ada," kata Anies.
"Tapi dibandingkan jumlah yang harus dites, ini jumlahnya masih belum sebanding," tandasnya.
Berikut video lengkapnya:
Anies khawatirkan cepatnya penularan corona
Anies mengaku lebih mengkhawatirkan soal cepatnya penularan virus corona, bukan seberapa mematikan virus tersebut.
Pasalnya, pihak kesehatan menyebut peluang kematian dari virus corona memang jauh lebih rendah dibandingkan dengan kecelakaan dan penyakit kanker.
Anies kemudian menyinggung soal kesiapan Indonesia dalam menghadapi Covid-19 dengan penularan yang begitu cepat itu.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Anies dalam tayangan YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (17/3/2020).
Anies menjelaskan beberapa fase yang ia tempuh untuk menghindari penyebaran virus corona di Jakarta, di antaranya fase III di mana mulai melibatkan publik.
Ia mengingatkan bahwa seharusnya masyarakat bukan fokus pada betapa mematikan dampak corona, melainkan betapa cepat penyebarannya.
"Pada fase ini kita harus membangun kesadaran publik bahwa masalah yang kita hadapi bukan sekadar soal penyakitnya," ujar Anies.
Baca: BREAKING NEWS: Jubir Penanganan Covid-19 Sebut Orang Positif Corona Tak Berarti Harus Dirawat di RS
Anies menyebut peluang kematian karena corona rendah jika dibandingkan kecelakaan hingga penyakit kanker.
"Kalau soal penyakitnya saja, kita semua tahu, teman-teman dari dokter menceritakan case fatality rate-nya 3-4 persen," kata Anies.
"Artinya kalau dari 100 kasus, maka yang mungkin meninggal 3-4 orang," sambungnya.
Yang dikhawatirkan oleh Anies adalah kurangnya kesadaran masyarakat soal penularan corona.
"Yang unik dari persoalan ini adalah dia terjadi serempak, karena masalahnya penyebarannya, penularannya," ungkap Anies.
Anies mengibaratkan jika kasus di Indonesia sama seperti di China dengan korban ratusan ribu, maka kesiapan fasilitas kesehatan dipertanyakan.
Baca: UPDATE Jumlah Positif Corona di Indonesia Jadi 309 Orang, Ini Daerah Sebarannya, Jakarta Terbanyak
"Jadi ini dari sisi public policy, bila kasus ini berkembang, bukan nanti yang meninggal sedikit, tapi bila seperti di Wuhan, ada 10.000 orang mendadak sakit," ujar Anies.
"Bahkan di Tiongkok bisa lebih dari 100.000 orang mendadak sakit, pertanyaannya, mau dirawat di mana?" tuturnya,
"Jumlah tenaga kesehatannya bagaimana? Jumlah rumah sakitnya ada tidak?"
Selain mempertanyakan fasilitas kesehatan, Anies juga membeberkan dampak penularan corona yang serempak ini.
"Tapi persoalannya ketika serempak, orang sakit bersama-sama, apa yang terjadi, maka produktivitas anjlok, kegiatan perekonomian turun, belajar mengajar turun," terangnya.
Berikut video lengkapnya:
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)