TRIBUNNEWS.COM - Dokter Spesialis Paru Prof. dr. Faisal Yunus menyebut yang harus diprioritaskan dalam rapid test atau tes cepat virus corona sebenarnya adalah tenaga medis atau para dokter.
Faisal menyebut dokter yang menangani corona sangat berpotensi tertular dan menyebarkan kepada pasien lain yang bahkan sebelumnya tidak terkena corona.
Dilansir Tribunnews.com, hal ini diungkapkan Faisal dalam wawancara unggahan YouTube Talk Show tvOne, Sabtu (21/3/2020).
Awalnya, Faisal menyebut yang selama ini menjadi prioritas pengetesan adalah orang yang sudah positif atau pasien dalam pantauan (PDP).
Meski demikia, Faisal sebenarnya menganggap dokter atau tenaga medis yang menangani corona harusnya lebih diutamakan dalam rapid test itu.
"Jadi yang pertama, orang-orang yang jelas positif, itu kan kita takut dia menularkan," kata Faisal.
"Nah, terus terang saya sih concern tenaga medis dulu yang sehari-harinya menangani," sambungnya.
Baca: UPDATE Covid-19 di Jabar: 59 Kasus, 9 Orang Meninggal, 5 Lainnya Sembuh
Baca: Sebar 50 Ribu Undangan, Wakil Walkot Samarinda Tunda Pernikahan Anak, Hidangan Dibagi ke Yatim Piatu
Hal ini disebabkan sudah banyak tenaga medis yang terinfeksi corona dan harusnya yang lain pun segera dideteksi.
"Karena kalau dia terkena, dia kan bisa menularkan yang lain, kan sudah ada beberapa tenaga medis yang sudah terkena," ujar Faisal.
"Kalau itu bisa diperiksa, kan kita lebih tahu, lebih cepat," sambungnya.
Terlebih tenaga medis adalah pihak yang berhadapan langsung dengan para pasien.
Parahnya jika dokter yang menangani corona juga menangani pasien dengan penyakit lain, sehingga malah bisa menularkan.
"Pertama, perlindungan untuk dirinya, kedua untuk masyarakat sekitarnya. Artinya sehari-hari dia kan tidak hanya menangani corona," ungkap Faisal.
"Kalau dia praktik, tanpa dia melakukan perlindungan diri, dia bisa menularkan orang lain," imbuhnya.
Baca: Surya Paloh Pinjamkan Hotel Bintang 5 Miliknya untuk Tangani Pasien Corona, Ada 300 Kamar
Baca: Ajak Melawan Corona, Tiwi eks T2: Jangan Keluar Rumah Jika Tidak Mendesak
Selain tenaga medis, pihak keluarga PDP harusnya juga menjadi prioritas lantaran sempat kontak dengan PDP.
Dikhawatirkan jika tak terdeteksi sejak dini, maka PDP yang positif corona bisa berkeliaran di mana-mana dan tanpa sengaja menyebarkan virus tersebut.
"Pasien itu tinggal di mana keluarganya, kan ini rapid test hanya bisa positif kalau sudah ada gejala. Jadi kalau ada gejala-gejala sudah terjadi pada keluarga, atau orang terdekatnya, itu yang diprioritaskan terlebih dahulu," terangnya.
"Karena kalau tidak demikian, orang-orang yang tadinya positif, dia bisa ke mana-mana, dia akan menambah penyebaran ke mana-mana," tambahnya.
Berikut video lengkapnya:
Jokowi prioritaskan Jakarta Selatan
Dikutip dari Kompas.tv, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memprioritaskan rapid test dilaksanakan di Jakarta Selatan.
Diketahui, rapid test sudah dilakukan sejak Jumat (20/3/2020) sore.
Jokowi menyebut rapid test dilakukan pada orang yang sempat kontak dengan pasien virus corona.
"Rapid test sudah dilakukan sore hari ini di wilayah yang dulu sudah diketahui ada kontak tracing pasien positif dan didatangkan dari rumah ke rumah," kata Jokowi dalam konferensi pers, Jumat.
Sang presiden menyebut Jaksel menjadi wilayah rapid test massal pertama lantaran banyak warga di sana yang melakukan kontak dengan pasien positif Covid-19.
Jokowi pun memprioritaskan pengetesan itu di daerah yang paling rawan.
"Indikasi yang paling rawan di Jakarta Selatan," kata Jokowi.
Cara kerja rapid test
Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention, rapid test paling sering menggunakan format dipstick atau kaset, dan memberikan hasil dalam waktu tak lebih dari 30 menit.
Sampel darah yang dikumpulkan dari pasien diaplikasikan pada bantalan sampel pada kartu tes dengan reagen tertentu.
Rapid test yang saat ini disetujui untuk digunakan di dunia, seperti wilayah endemis malaria untuk mendeteksi 2 jenis antigen malaria; satu khusus untuk P. falciparum dan lainnya ditemukan pada keempat spesies manusia malaria.
Setelah 15 hingga 20 menit (tergantung pada tes), keberadaan pita khusus di bagian kartu tes menunjukkan apakah pasien terinfeksi virus atau tidak.
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila/ Chrysnha)