TRIBUNNEWS.COM - Tes cepat atau rapid test merupakan pengujian untuk mendeteksi antibodi di dalam tubuh.
Spesimen yang digunakan adalah darah dalam proses pengetesannya.
Sudah ada sejumlah pemerintah daerah yang merilis skenario rapid test di wilayahnya.
Sementara Jakarta Selatan menjadi lokasi yang pertama kali melangsungkan tes cepat tersebut.
Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengungkapkan rencananya untuk melakukan tes secara massal.
Baca: Menhan Prabowo Serahkan Bantuan APD dan Rapid Test Rp 7 Miliar ke Gugus Tugas Covid-19
Baca: 100 Ribu Alat Rapid Test dan 50 Ribu Masker Tiba di Jakarta, Ini Kata Gubernur Anies
Sejatinya keefektivitasan rapid test ini juga masih membutuhkan banyak perhitungan dan data.
Hal ini diungkapkan Direktur Mendis Diagnos Rumah Sakit Bunda, dr Dennis Jacobus.
Dennis menjelaskan bahwa sebenarnya metode tes cepat ini sama halnya dengan alat kesehatan lainnya.
Jadi memang membutuhkan uji mendalam kepada data-data yang sudah dikumpulkan untuk menilai efektif tidaknya.
"Jadi rapid test ini sama seperti alat kesehatan pada umumnya, yakni memiliki banyak faktor untuk menentukan akurasinya."
"Nah dari itu kita bisa lihat dari hasil penelitian yang kita lakukan evaluasi atau uji validasi berikutnya untuk menentukan tingkat akurasi rapid test tersebut," jelas Dennis pada tayangan INews (24/3/2020).
"Nah untuk saat ini mungkin kita masih butuh data lebih banyak lagi sampai kita bisa bilang seberapa besar tingkat akurasi dari rapid test," tambahnya.
Namun Dennis menyadari bahwa cara ini merupakan alternatif untuk mendeteksi Covid-19.
Memang sampai saat ini metode paling akurat untuk menentukan terjangkit tidaknya pasien terhadap virus corona adalah melalui uji swap PCR.