News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Suriah yang Dilanda Perang Saudara Kini Bersiap Lockdown Hadapi Covid-19

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketegangan di Suriah barat laut meningkat tajam karena memerangi risiko yang membawa kedua kekuatan regional ke dalam konfrontasi langsung.

TRIBUNNEWS.COM - Suriah yang dilanda perang tengah bersiap untuk menghadapi lockdown buntut dari kasus covid-19 pertamanya.

Warga Suriah bergegas membeli makanan dan bahan bakar pada Senin (23/3/2020) .

Kekhawatiran meningkat setalah pihak berwenang melaporkan kasus infeksi covid-19 pertamanya.

Untuk diketahui, sistem perawatan kesehatan di Suriah telah rusak akibat dari perang saudara yang berlangsung hampir satu dekade.

Melansir Al Jazeera, menurut WHO, pengujian untuk covid-19 akan dimulai beberapa hari di barat laut Suriah.

"Pengujian akan tersedia di Idlib, dalam dua hari," ungkap juru bicara WHO Hedinn Halldorson, Senin (23/3/2020).

Sekira 300 kit diagnostik Covid-19 akan dikirim ke laboratorium di kota Idlib pada Rabu (25/3/2020).

"Pengujian akan dimulai segera setelah itu," ungkapnya.

Ia menambahkan, sekira 2.000 alat tes tambahan akan dikirimkan sesegera mungkin.

Orang-orang yang telah melarikan diri dari Suriah beristirahat ketika mereka menunggu untuk menyeberangi perbatasan dari Turki ke Yunani. (Foto: Sedat Suna / EPA)

Kasus Covid-19

Halldarssonmengatakan, sejauh ini, tiga kasus dicurigai di Suriah barat laut telah diuji negatif setelah rumah sakit mengirim sample ke Turki.

Tetatpi, ia menambahkan, kekhawatiran terhadap Covid-19 tetap tinggi.

"WHO sangat khawatir tentang dampak Covid-19 di barat laut," ungkap Halldarsson.

"Orang-orang kehilangan tempat tinggal di sana hidup dalam kondisi yang membuat mereka rentan terhadap infeksi pernapasan," tutur Halldarsson kepada AFP.

Lebih lanjut, termasuk kondisi hidup penuh sesak, tekanan fisik dan mental.

Serta kurangnya pemukiman, makanan, dan air bersih.

Baca: Antisipasi Penyebaran Covid-19, Polres Bangkalan Bubarkan 15 Titik Keramaian

Baca: Pihak Berwenang Dinilai Lambat Bertindak, Apakah Rusia Siap Menghadapi Covid-19?

Modifikasi Unit Isolasi

Sebagai bagian dari rencana dan respon lebih luas dari wilayah tersebut, tiga rumah sakit dengan unit perawatan intensif dimodifikasi sebagai unit isolasi.

WHO menerangkan, unit isolasi itu juga dilengkapi dengan ventilator.

Sejumlah 1.000 petugas kesehatan dimobilisasi.

Pengiriman alat pelindung diri (ADP) baru, termasuk masker bedah dan 500 masker respirator akan tiba dalam minggu ini.

Penutupan Lebih Luas

Kekhawatiran tentang semua pengungsi meningkat setelah pemerintah Damaskus pada Minggu (22/3/2020) mengumumkan kasus resmi pertama virus corona di negara itu.

Sederet toko kelontong, bank dan pom bensin di ibu kota Suriah bersiap untuk penutupan lebih luas.

Pemerintah telah menutup restoran, kafe dan bisnis lainnya, dan telah menghentikan transportasi umum.

Pihak berwenang menutup perbatasan dengan Libanon dan Yordania, dan Bandara Internasional Damaskus untuk lalu lintas komersial setelah penerbangan terakhir tiba dari Moskow.

Surat kabar milik pemerintah mengeluarkan edisi cetak terakhir mereka dan hanya akan tersedia online.

Suriah memiliki hubungan dekat dengan Iran, yang merupakan sekutu utama pemerintah dalam perang saudara, dan para peziarah Syiah sering melakukan perjalanan antara kedua negara.

Kementerian kesehatan Suriah melaporkan kasus pertama coronavirus Minggu malam (22/3/2020).

Pasien covid-19 tersebut dilaporkan seorang wanita berusia 20 tahun yang katanya telah tiba dari negara lain, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Seorang pejuang Suriah didukung pemberontak Turki menembakkan senapan (Omar Haj Kadour-AFP)

Dirusak Perang

Lebih lanjut, sistem layanan kesehatan Suriah telah dirusak oleh hampir satu dekade perang yang telah membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan melahirkan kemiskinan yang merajalela.

Rumah sakit dan klinik di seluruh negeri telah hancur atau rusak.

Pemerintah juga di bawah sanksi internasional yang berat terkait dengan perilakunya selama perang.

Sementara itu, kebanyakan orang hanya mengalami gejala ringan dari penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus dan pulih dalam beberapa minggu.

Tetapi covid-19 sangat menular dan menyebabkan penyakit parah pada beberapa pasien.

Terutama orang tua dan mereka yang sistem kekebalannya melemah.

Orang diketahui dapat membawa dan menyebarkan virus tanpa menunjukkan gejala apa pun.

Ratusan ribu orang telah terinfeksi di seluruh dunia, dan lebih dari 15.000 telah meninggal.

Sekitar 100.000 orang telah pulih.

(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini