Dalam wawancara itu, Cahyono menyebut pihak RS Moewardi berinisiatif membuat APD sendiri lantaran langkanya APD di pasaran.
Berawal dari rapat para tenaga medis, akhirnya ditemukan bahan baku yang sesuai.
"Ketika di pasaran, baju cover-all ini habis, maka kita mencari contoh bahannya, kemudian kita rapat dengan staf-staf saya," ungkap Cahyono.
"Kemudian kita mencari bahannya, ternyata bahannya adalah polypropylene spunbond," sambungnya.
Dengan contoh bahan APD yang digunakan saat flu burung, pihak RS Moewardi kemudian memodifikasi dengan perbaikan agar sesuai untuk menangani virus corona.
"Bahan ini pernah dipakai waktu ada wabah flu burung."
"Kemudian kita membuat contoh juga, dengan adanya perbaikan, begitu cocok, maka kita produksi massal," terangnya.
Cahyono menjelaskan bahan baju APD ini sudah sesuai untuk menangani virus corona yang kabarnya sudah bisa tertular melalui udara atau airbone.
Baca: Reisa Broto Asmoro Sebut Masyarakat Punya Peran Penting Cegah Corona, Ini yang Harus Dilakukan
Baca: Mengintip Fasilitas The Media Hotel Jakarta, Penginapan yang Dipakai Tenaga Medis Virus Corona
"Seperti kita ketahui, virus corona itu menular lewat droplet, dan lewat airborne," ujar Cahyono.
"Baju ini adalah seperti sponge, jadi kalau ada droplet dari riak seseorang, orang berbicara, dia akan menempel, dan virus tidak bisa menembus," paparnya.
Namun yang menjadi masalah adalah penggunaan APD yang sekali pakai sehingga menuntut untuk produksi terus-menerus.
"Cuma yang menjadi masalah, pakaian ini sekali pakai, buang," kata Cahyono.
"Kita bisa menjamin bahwa hazmat suit ini tidak akan menulari para penggunanya," ungkapnya.
Berikut video lengkapnya: