Menurut Barry, dalam skenario ketiga ini, akumulasi kasus positif akan mencapai angka 17.000 pada pertengahan Oktober 2020.
"Tinggal nanti kita lihat kebijakan pemerintah seperti apa, data barunya nanti akan terkumpulkan, model ini bisa di-update sampai dengan data-data baru yang dikumpulkan," jelas Barry.
Baca: BREAKING NEWS: Jokowi Minta Kebijakan Perlintasan WNA ke Indonesia Diperkuat
Hal berbeda dapat terjadi apabila tidak ada kebijakan yang tegas dari pemerintah dalam mengurangi interaksi antarmanusia, sebagaimana yang diprediksi dalam skenario satu.
Menurut Barry, dalam skenario satu, puncak pandemi baru akan terjadi pada 4 Juni 2020 dengan 11.318 kasus baru.
Akumulasi kasus positif akan mencapai ratusan ribu dan masa akhir pandemi baru dimulai pada akhir Agustus hingga awal September 2020.
Sementara itu, pandemi diprediksi baru akan berakhir pada Maret 2021.
Sedangkan dalam skenario kedua, dimana diasumsikan pemerintah memberi kebijakan namun kurang tegas dan kurang strategis sehingga masyarakat tidak disiplin mengimplementasikan physical distancing, maka puncak pandemi baru terjadi pada 2 Mei 2020 dengan 1.490 kasus baru.
Baca: Alasan Jokowi Tidak Ambil Opsi Karantina Wilayah atau Lockdown Hadapi Pandemi Corona di Indonesia
Akhir pandemi diprediksi akan terjadi pada akhir Juni hingga awal Juli 2020.
"Sedangkan total kasusnya baru tercapai nanti di sekitar bulan Januari, awal tahun depan, dengan angka mencapai 60.000 kasus," lanjut Barry.
Sementara itu, menurut Barry, apabila tidak ada intervensi sedikit pun dari pemerintah sejak awal munculnya kasus positif COVID-19 di Indonesia, maka lebih dari 50 persen populasi di Indonesia dapat terjangkit virus corona.
"Bahkan kalau kita asumsikan tidak ada intervensi sama sekali, kita bisa temui mungkin, kemarin kami coba simulasikan, itu bisa lebih dari 50 persen populasi Indonesia terjangkit," ujarnya.
Baca: Dokter Erlina Burhan: Garda Terdepan untuk Memutus Rantai Penularan COVID-19 adalah Masyarakat
Menurut Barry, dalam permodelan matematika, selalu ada worst-case dan best-case.
Namun, realitanya akan selalu terjadi di tengah-tengah.
"Kita sih harapannya selalu best-case ya, saya sepakat waktu itu Pak Hadi Susanto bilang dalam hal ini matematikawan berharap modelnya tidak tepat," kata Barry.