TRIBUNNEWS.COM- Sebanyak 300 siswa Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri di Sukabumi dinyatakan terpapar virus corona.
Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil rapid test yang telah dilakukan.
Meski demikian, para siswa dinyatakan tak memiliki gejala covid-19.
Hal ini dikonfirmasi oleh Kepala Biro Penerangan Masyrakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Argo Yuwono.
Rapid test dilakukan kepada 1.550 siswa Setukpa.
Pelaksanaan rapid test merupakan tindak lanjut dari perintah Kapolri Jenderal Pol Idham Azis.
Berikut ini fakta 300 siswa Setukpa Lemdiklat Polri di Sukabumi terpapar corona dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.
1. Kronologi
Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Argo Yuwono menyebut, tindakan rapid test dilakukan atas perintah Idham Azis setelah sebelumnya sejumlah siswa dinyatakan positif corona.
Mengutip dari Tribun Jabar, awalnya seorang siswa di Setukpa Sukabumi mengalami demam berdarah.
Hasil rontgen menunjukkan paru siswa tersebut berkabut.
Siswa tersebut kemudian langsung dibawa ke RS Kramat Jati.
Setelah itu, delapan siswa lain mengalami gejala demam dengan hasil rontgen sama.
Dua siswa dirujuk ke Mako Brimob sementara tujuh siswa lain dirujuk ke RS Kramat Jati.
"Kemudian setelah itu ada 8 siswa yang mengalami gejala demam, dan mereka langsung dilakukan rontgen, ternyata hasilnya sama. Jadi semuanya ada 9 orang siswa yang di rujuk, 2 siswa kirim ke Mako Brimob, sedangkan 7 di rujuk ke RS Kramat Jati Polri," kata Argo Yuwono di Setukpa Sukabumi, Rabu (1/4/2020).
Temuan tersebut membuat pihak kepolisian melakukan rapid test kepada 1.550 siswa.
Hasilnya, 300 siswa dinyatakan terpapar virus corona.
1.250 siswa lain kini telah dicutikan.
Sementara 300 siswa tersebut menjalani isolasi mandiri di Setukpa.
"Saat ini 300 siswa yang dinyatakan positif usai rapid test tersebut ada di Setukpa, kemudian 1250 siswa lainnya itu cuti. Dari 300 ini sudah dilakukan langkah oleh setukpa, Pusdokes Polri, Kasetukpa, dan Ka SDM," kata Argo.
2. Jalani isolasi mandiri
Setelah hasil tes diketahui, Polri langsung mengambil langkah penanganan.
Menurut Argo, 300 siswa tersebut kini tengah menjalani isolasi mandiri di Setukpa.
Mereka diberikan vitamin C baik secara injeksi maupun tablet.
"Mereka diharuskan isolasi mandiri, kedua pemberian vitamin C secara injeksi ataupun tablet. Kemudian rontgen dan olah raga ringan, dan berjemur. Itu semua sudah kita lakukan," kata Argo.
Mengutip dari Kompas.com, para siswa dikarantina di dalam dormitori di Setukpa selama 14 hari.
Mereka menempati sebuah ruangan tersendiri.
Kapusdokkes Polri Brigjen Pol Musyafak menyebut, para siswa ditangani selayaknya Orang Dalam Pengawasan (ODP).
"Kami perlakukan, kami tangani seperti halnya ODP," kata Musyafak, dilansir dari tayangan YouTube Kompas TV.
Saat ini, proses belajar mengajar pun telah dihentikan.
Musyafak menambahkan, pihaknya memberikan menu tambahan untuk meningaktkan kesehatan para siswa.
"Memberikan menu tambahan yang tujuannya untuk stamina sekaligus memberikan obat-obatan," katanya.
Pihaknya juga memberikan vitamin C kepada para siswa dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Tak ada gejala covid-19
Musyafak menjelaskan, pihaknya telah melakukan foto rontgen kepada para siswa untuk mengetahui kondisi paru-paru siswa.
Hasil foto rontgen menunjukkan kondisi yang normal.
"Ternyata dari foto rontgen yang dilaksanakan semua dalam keadaan normal," kata Musyafak.
Para siswa tidak memiliki tanda gejala adanya covid-19.
Meski demikian, Musyafak menegaskan, pihaknya tetap menangani ratusan siswa tersebut dengan prosedur penanganan terhadap ODP.
4. Jalani swab test setelah masa karantina
Setelah masa karantina, Musyafak menyebut, para siswa baru akan menjalani swab test.
Hal ini lantaran saat ini para siswa tersebut tidak mengalami gejala covid-19.
“Kecuali sudah ada gejala, batuk, pilek, demam, bahkan sesak nafas, itu perlu tes swab."
“Tapi kalau belum ada gejala sebagaimana masyarakat yang kontak erat dengan pasien gaada gejala, ODP, kan gak perlu swab, yang di swab adalah yang ada di rumah sakit, yang ada gejalanya, yang dia sesak nafas, batuk, jangan sampai sia-sia," katanya, dikutip Tribunnews dari Kompas.com.
Sebelumnya, Musyafak mengatakan, bajwa hasil rapid test 300 siswa tersebut tak menjamin mereka positif terjangkit virus corona.
“Dari rapid test ini, hasilnya 300 siswa positif, tapi rapid test, bukan Covid-19. Ini yang harus diluruskan, karena rapid test hanya memeriksa antibody, antibody saja tidak spesifik Covid-19,” katanya.
Lebih lanjut, masyarakat sekitar Setukpa Sukabumi diminta tak khawatir dengan kondisi tersebut.
Terlebih, mengingat luas lahan Setukpa yang mencapai 40 hektare.
300 siswa tersebut diisolasi di dalam Setukpa dengan kegiatan olahraga ringan serta berjemur.
Mereka kemudian akan kembali ke ruang karantina selayaknya ODP.
Musyafak menjamin, masyarakat sekitar tak akan terpapar.
(Tribunnews.com/Miftah, Tribun Jabar/Fauzi Noviandi, Kompas.com/Devina Halim)