TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah diminta merealokasikan semua dana pengembangan infrastruktur 2020 termasuk dana pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru untuk dipakai membeli Alat Pelindung Diri (APD) tenaga medis guna menghadapi wabah corona atau covid-19.
Sekjen Gerakan Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS), Hardjuno Wiwoho mengatakan APD tenaga medis dalam mengatasi penyebaran covid-19 ini sangat minim.
Padahal, mereka ‘panglima perang’ dalam upaya memutus mata rantai penyebaran virus yang mematikan ini.
“Sampai saat ini, saya mendapatkan banyak keluhan dari para dokter tentang minimnya dukungan APD. Untuk itu, saya harapkan pemerintah harus realistis melihat kondisi bangsa saat ini," ujar Hardjuno di Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Baca: 349 Ribu APD Telah Dibagikan Ke Seluruh Rumah Sakit Rujukan Covid-19
Menurut dia, kalau memang dana membeli APD ini tidak cukup maka hentikan proyek-proyek infrastruktur, termasuk proyek ambisius Ibu Kota Negara Baru.
"Nah, dana-dana ini dialihkan untuk pengendalian Covid-19 termasuk membeli APD untuk tenaga medis,” tegas Hardjuno.
Menurutnya, peranan tenaga medis sangat besar sebab mereka garda terdepan dalam memerangi covid-19 ini.
Karenanya, kata dia, kebutuhan APD bagi tenaga medis ini sangat mendesak dan tidak bisa ditawarkan.
Apalagi, persebaran Covid-19 ini makin meluas, bukan hanya di Jakarta tapi seluruh Indonesia.
“Saya pastikan, petugas medis kedodoran tanpa dukungan APD ditengah lonjakan pasien Covid-19 ini,” jelasnya.
Bahkan saat ini, sudah banyak tenaga medis, termasuk dokter bertumbangan karena terinfeksi Covid-19 ni.
“Sudah banyak kasus pasien virus corona meninggal dunia karena rumah sakit rujukan tak mampu lagi menampung tingginya pasien,” tuturnya.
Efek lanjutanya ujar Hardjuno, banyak pasien dan calon pasien non Covid-19 yang terbengkalai dan akhirnya meninggal dunia, karena tenaga medis di rumah sakit energinya terkuras untuk menghandle pasien Covid-19.
“ Jika tenaga medis tertular karena minimnya APD, maka risikonya sangat besar sekali. Bisa menularkan ke pasien lain, ke keluarganya dan tidak bisa menolong pasien. Dan akhirnya korban pasien Covid-19 makin tak terbendung serta makin eskalatif,” tugasnya.