News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Virus Tidak Sepenuhnya Mati Dengan Berjemur di Bawah Sinar Matahari, Ini Penjelasan Ketua IDI

Penulis: Apfia Tioconny Billy
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Dr Daeng M Faqih di kantor PB IDI, Menteng Jakarta Pusat pada Senin (13/5/2019).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Apfia Tioconny Billy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Virus tidak akan sepenuhnya mati dengan berjemur di bawah sinar matahari.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI)  Daeng M Faqih mengatakan berjemur di bawah sinar matahari pagi dapat membantu memenuhi kebutuhan vitamin D yang dibutuhkan tubuh subaya bisa tetap bugar ditengah pandemi virus corona saat ini.

"Jangan terlalu yakin ya bahwa kemudian virus itu akan mati dengan berjemur. Kalau begitu maka di daerah yang panas kayak Saudi Arabia itu mati semua," kata Daeng lewat video conference, Jumat (3/4/2020).

Baca: Hindari Corona, LPOI Minta Umat Islam Tetap Ibadah di Rumah

Daeng menjelaskan dengan berjemur di bawah sinar matahari pagi hanya ampuh mematikan kuman 10 persen.

"Jadi jangan seperti berjemur langsung mengatakan bebas virus, enggak itu hanya sebagian kecil saja, hanya 10 persen enggak nyampai yang nempel-nempel di dalam di badan," kata Daeng.

Kemudian Daeng menyebutkan dibandingkan keseluruhan tubuh virus lebih lama bertahan hidup di dalam tenggorokan dan bisa disembuhkan dengan menjaga imunitas tubuh.

Baca: Pandemi Corona, Jaringan Bengkel Servis Truk dan Bus Daimler Tetap Buka

"Virus itu yang paling bertahan lama itu bukan di badan, tapi yang paling bertahan lama itu di tenggorokan kita. Karena reseptor ada di tenggorokan kita. Itu akan bertahan hidup dan itu butuh waktu selama masa inkubasi 14 hari, kecuali imunitas kita bisa melawan," ungkap Daeng.

Walaupun sudah berjemur, masyarakat diimbau tidak melupakan kegiatan hidup bersih seperti rajin mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Baca: Pandemi Corona, Jaringan Bengkel Servis Truk dan Bus Daimler Tetap Buka

Menurut dia, saat ini yang terpenting adalah tinggal di rumah untuk menghindari penularan virus corona yang menular dari orang ke orang.

"Jadi ya strateginya jangan ketemu, karena kalau ketemu, bicara saja ludah dari mulut itu akan keluar, dan menularkan secara langsung ke mulut kita, hidung kita atau terus kita raba-raba, nah tangan kita tidak dibersihkan, langsung nyentuh-nyentuh dan menyentuh bagian mata hidung dan mulut," kata Daeng.

1.986 kasus corona di Indonesia

 Jumlah kasus pasien corona (Covid-19) di Indonesia kini mencapai 1.986, Jumat (3/4/2020).

Demikian dikatakan Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Virus Corona dalam konferensi pers yang digelar di Gedung BNPB, Jumat sore.

Yuri bilang, ada tambahan kasus positif virus corona Covid-19 sebanyak 196 pasien.

Sementara itu, jumlah pasien yang telah dinyatakan sembuh juga mengalami kenaikan.

Baca: Pemkot Solo Serius soal Karantina Pemudik, Siapkan 5 Bus untuk Jemput Pemudik

Dari sebelumnya 112 pasien, kini menjadi 134 pasien.

Namun, hal yang sama juga terjadi pada pasien meninggal.

Pasien meninggal akibat virus corona di Indonesia kini mencapai 181 dari sebelumnya 170.

Provinsi DKI Jakarta masih menjadi daerah dengan kasus virus corona tertinggi di Indonesia.

Gejala Terjangkit Virus Corona

Dikutip dari covid19.go.id, gejala utama virus corona adalah demam, rasa lelah dan batuk kering.

Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare.

Gejala-gejala yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.

Namun bila mengalaminya, tidak berarti terkena virus corona sebab gejala tersebut mirip dengan flu biasa.

Berikut gejala virus corona dari hari ke hari, sebagaimana dikutip Tribunnews.com dari dailymail.co.uk, Senin (23/3/2020):

Hari 1:

Pasien akan mengalami demam, kelelahan, nyeri otot, dan batuk kering.

Sebagian kecil dari mereka mengalami diare atau mual satu atau dua hari sebelumnya.

Hari 5:

Pasien mengalami kesulitan bernapas atau yang dikenal sebagai dispnea.

Terlebih bagi pasien yang berusia lanjut atau telah memiliki riwayat penyakit lain sebelumnya.

Hari 7:

Pada hari ke-tujuh, pasien menunjukkan tanda-tanda kesulitan bernapas.

Ini adalah waktu rata-rata pasien dirawat di rumah sakit.

Pasien yang memiliki tanda peringatan darurat untuk COVID-19 seperti nyeri yang terus-menerus, napas pendek dan bibir atau wajah kebiruan, harus mendapatkan perawatan medis.

Dalam studi lain, pada hari ke-7, gejala yang dialami sebagian besar pasien - sekitar 85 persen - mulai berkurang.

Mereka bisa saja keluar dari isolasi.

Bila Anda tinggal bersama orang lain atau satu dari mereka memiliki gejala virus corona, maka semua anggota rumah harus tinggal di rumah.

Mereka tidak boleh meninggalkan rumah selama 14 hari.

Periode 14 hari dimulai dari hari saat orang pertama dirawat di rumah sakit.

Hari 8:

Pasien dengan kasus yang parah akan mengalami sindrom gangguan pernapasan akut.

Paru-paru tidak dapat memberikan oksigen yang cukup bagi organ vital di tubuh.

Demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok.

Hari 10:

Pasien dengan masalah pernapasan yang memburuk akan dimasukkan ke unit perawatan intensif alias ICU pada hari ke-10.

Dalam studi kedua di Wuhan, China diketahui, masa perawatan di rumah sakit selama 10 hari.

Hari 12:

Demam cenderung berakhir pada hari ke-10, demikian menurut studi di Wuhan

Durasi rata-rata demam yang merupakan tanda awal COVID-19 sekitar 12 hari.

Namun, kondisi batuk yang terkait dengan penyakit ini bertahan lebih lama.

Pada pasien virus corona yang berhasil sembuh, kesulitan bernapas akan akan berhenti setelah 13 hari.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini