TRIBUNNEWS.COM - Pandemi virus corona di hampir seluruh dunia ini membuat banyak tempat umum atau tempat hiburan ditutup, tak terkecuali kebun binatang.
Namun, Kebun Binatang San Diego di California, Amerika Serikat, tak kehabisan akal untuk menarik pengunjung.
Kebun Binatang San Diego tetap 'buka', tapi pengunjung bisa menikmati dan belajar mengenai satwa di dalamnya secara virtual atau online.
Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, hal ini dilakukan demi mewujudkan misi pendidikan dan pelestarian.
Di awal merebaknya wabah corona, juru bicara Kebun Binatang San Diego Global, Rizk Schwartz mengaku, pihaknya tidak terlalu kelabakan.
Hal ini lantaran Kebun Binatang San Diego memiliki akun media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
"Ketika segalanya harus ditutup dan ada pembatasan sosial, kami merasa sangat beruntung lantaran interaksi media sosial kami dengan para penggemar cukup kuat," kata Schwartz.
"Kebun Binatang San Diego dan Taman Safari Kebun Binatang San Diego punya Facebook, Twitter, dan Instagram dan banyak orang berinteraksi di sana, berbagi video dan cerita," paparnya.
Baca: Update Corona 9 April Pukul 08.00: Total Kasus 1,5 Juta di Dunia, Kematian di Spanyol Melebihi AS
Baca: Donald Trump Ngamuk, Tuding Data Penelitian WHO Salah dan Pro China
Selain bergerak pada konservasi binatang, kebun binatang ini juga membuka rumah sakit untuk anak-anak.
Sehingga penutupan kebun binatang tidak terlalu membuat pihak Schwartz kelabakan.
"Kami juga mengisi kanal kami dengan kegiatan di rumah sakit anak San Diego Zoo Kids, kami secara rutin membuat konten video di dalam rumah sakit itu," kata Schwartz.
"Jadi ketika semua ini (wabah) terjadi, ketika kami harus tutup, kami seolah sudah memiliki fondasi konten untuk dibagikan kepada publik dengan banyak kamera untuk siaran langsung," terangnya.
Diketahui, program kunjungan virtual itu dinamakan 'Virtual Mission: Spring Break.'
Program itu dikerjakan oleh para staf yang menyuguhkan tur secara virtual di dalam kebun binatang.
"Kami sedang mengoordinasikan departemen pendidikan kami dan para staf untuk membuat tur virtual kebun binatang dan taman safari," ungkap Schwartz.
"Sehingga para penggemar masih bisa melihat seperti apa musim semi di San Diego," imbuhnya.
Untuk mendukung program itu, Schwartz juga bekerjasama dengan sekolah setempat untuk bisa mengakses konten edukasi virtual itu.
"Kami bekerjasama dengan sekolah dan guru untuk memastikan, konten yang kami tawarkan benar-benar mendidik dan berbasis ilmiah," kata Schwartz.
Baca: Pejabat Gedung Putih Sempat Peringatkan Bahaya Corona di AS, Donald Trump Justru Meremehkan
Baca: IHSG Diprediksi Menguat Hingga 4.900
Di tengah aturan pembatasan sosial, pihak Schwartz melakukan beberapa perubahan terkait interaksi antar pekerja.
Namun ia memastikan standar perawatan binatang serta para pengasuh, dokter hewan, dan seluruh staf tidak ada penurunan.
"Semua orang masih bekerja di sini. Hanya saja mereka bekerja dengan cara berbeda dengan jarak demi meminimalisasi kontak," kata Schwartz.
Menurut Schwartz, para binatang di kebun binatang itu menyadari, sudah tak ada lagi pengunjung di sana.
"Sebagai orang yang sudah lama bekerja dengan binatang, aku yakin para binatang menyadari hal itu," ujar Schwartz.
"Aku yakin mereka tahu, ada perubahan hanya ada sedikit orang di sekitarnya. Namun, hal ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan mereka," ungkapnya.
Berikut data terbaru korban virus corona per Kamis, dikutip Tribunnews.com dari worldometers.info:
1. Amerika Serikat
Total kasus: 430,210
Kematian: 14,736
Sembuh: 22,356
2. Spanyol
Total kasus: 148,220
Kematian: 14,792
Sembuh: 48,021
3. Italia
Total kasus: 139,422
Kematian: 17,669
Sembuh: 26,491
4. Jerman
Total kasus: 113,296
Kematian: 2,349
Sembuh: 46,300
5. Prancis
Total kasus: 112,950
Kematian: 10,869
Sembuh: 21,254
6. China
Total kasus: 81.802
Kematian: 3.333
Sembuh: 77.279
7. Iran
Total kasus: 64,586
Kematian: 3,993
Sembuh: 29,812
8. Inggris
Total kasus: 60,733
Kematian : 7,097
Sembuh: 135
9. Turki
Total kasus: 38,226
Kematian: 812
Sembuh: 1,846
10. Belgia
Total kasus: 23,403
Kematian: 2,240
Sembuh: 4,681
11. Swiss
Total kasus: 23,280
Kematian: 895
Sembuh: 9,800
12. Belanda
Total kasus: 20,549
Kematian: 2,248
Sembuh: 250
13. Kanada
Total kasus: 19,438
Kematian: 427
Sembuh: 4,548
14. Brazil
Total kasus: 16,188
Kematian: 820
Sembuh: 127
15. Portugal
Total kasus: 13,141
Kematian: 380
Sembuh: 196
16. Austria
Total kasus: 12,942
Kematian: 273
Sembuh: 4,512
17. Korea Selatan
Total kasus: 10.384
Kematian: 200
Sembuh: 6.776
18. Israel
Total kasus: 9,404
Kematian: 73
Sembuh: 801
19. Rusia
Total kasus: 8,672
Kematian: 63
Sembuh: 580
20. Swedia
Total kasus: 8,419
Kematian: 687
Sembuh: 205
21. Irlandia
Total kasus: 6,074
Kematian: 235
Sembuh: 25
22. Australia
Total kasus: 6.052
Kematian: 50
Sembuh: 2.813
23. Norwegia
Total kasus: 6.042
Kematian: 101
Sembuh: 32
24. India
Total kasus: 5.916
Kematian: 178
Sembuh: 506
25. Chili
Total kasus : 5.546
Kematian: 48
Sembuh: 1.115
26. Denmark
Total kasus: 5.402
Kematian: 218
Sembuh: 1.621
27. Ceko
Total kasus: 5.312
Kematian: 99
Sembuh: 233
28. Polandia
Total kasus: 5.205
Kematian: 159
Sembuh: 222
29. Rumania
Total kasus: 4.761
Kematian: 220
Sembuh: 520
30. Jepang
Total kasus: 4.667
Kematian: 94
Sembuh: 632
Data selengkapnya akses di sini.
(Tribunnews.com/Ifa Nabila)