News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Perawat Positif Corona Ditolak: PPNI Tempuh Jalur Hukum, Perawat di Jateng Kompak Kenakan Pita Hitam

Penulis: Inza Maliana
Editor: Miftah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah melakukan aksi solidaritas. Pihaknya mengajak para perawat untuk mengenakan pita hitam selama sepekan atau sampai 16 April 2020.

TRIBUNNEWS.COM - Buntut dari jenazah perawat positif corona ditolak warga, DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah menempuh ke jalur hukum.

Tujuannya adalah agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

Ketua DPW PPNI Jateng, Edy Wuryanto mengatakan saat ini sedang mengumpulkan bukti dan dokumentasi terkait kejadian itu.

"Harus ada pembelajaran terkait kejadian ini."

"Kami sudah mengumpulkan ahli-ahli hukum yang tergabung di PPNI untuk memberi masukan dan kajian," ujarnya, Jumat (10/4/2020) di kantor DPW PPNI Jateng, mengutip dari Kompas.com.

Edy menuturkan, kejadian tersebut tidak akan terjadi kalau tidak ada provokator.

Penolak pemakaman perawat terpapar Covid-19, Ketua RT menyampaikan permintaan maaf. (KOMPAS.com/DIAN ADE PERMANA)

"Itu nanti mau masuk delik aduan atau gimana, biar ahli hukum yang menentukan."

"Kami hanya mengumpulkan bukti dan segala yang diperlukan, lalu kami ambil langkah selanjutnya," jelasnya.

Ia menyesalkan aksi penolakan dari masyarakat.

Sebab pekerjaan perawat, dokter, dan petugas medis lainnya adalah garda terdepan yang rawan terpapar corona atau Covid-19.

"Kerawanan paling tinggi itu adalah tenaga kesehatan yang tidak ada di ruang isolasi. Kalau di ruang isolasi, mereka sudah sadar sehingga memakai alat pelindung diri."

"Kalau di bagian lain, APD-nya hanya secukupnya, jadi rawan terpapar," tuturnya.

Foto seorang dokter di Wuchang yang berbaring dengan pakaian pelindung yang lengkap di kamar penuh dengan kasur kosong yang merupakan bekas rumah sakit pasien virus corona. (China Media Group)

Edy juga mengatakan agar pemerintah lebih serius memperhatikan keselamatan perawat sesuai standar WHO.

"Segera distribusikan APD ke perawat mulai dari tingkatan puskesmas hingga ke rumah sakit," papar Edy.

Lebih lanjut, Edy menjelaskan perawat yang meninggal terpapar corona itu bekerja, jauh dari pasien ODP maupun PDP.

Untuk itu, Edy meminta masyarakat atau pasien harus jujur menceritakan riwayat perjalanan atau kesehatannya.

"Perawat yang meninggal tersebut, bekerja di bagian geriatri. Seharusnya jauh dari pasien ODP atau PDP."

"Tapi ada pasien yang masuk dan tidak jujur sehingga perawat terpapar," jelasnya.

Baca: Pengakuan Ketua RT yang Tolak Jenazah Perawat Positif Corona: Hanya Teruskan Aspirasi Warga

Baca: Ganjar Pranowo Minta Maaf Ada Penolakan Jenazah Perawat di Semarang: Menyakitkan Hati

Perawat kenakan pita hitam

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah melakukan aksi solidaritas. Pihaknya mengajak para perawat untuk mengenakan pita hitam selama sepekan atau sampai 16 April 2020.

Atas kejadian tersebut, Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah melakukan aksi solidaritas.

Pihaknya mengajak para perawat untuk mengenakan pita hitam selama sepekan atau sampai 16 April 2020.

Aksi tersebut merupakan bentuk protes mereka untuk melawan stigma negatif di masyarakat.

Foto-foto para perawat yang mengenakan pita hitam pun terlihat dari postingan Instagram resmi-nya @dpwppnijateng.

Menurut mereka, pita hitam yang mereka kenakan adalah simbol dari hilangnya simpati masyarakat yang menolak jenazah perawat positif corona.

"Ikut Berduka yg sangat mendalam atas hilangnya simpati, Perlakuan masyarakat yg kurang pantas, sedikitpun tanpa rasa hormat terhadap Perawat disaat butuh liang lahat untuk beristirahat.

Perlakuan yg semena-mena terhadap Perawat sbg pejuang kemanusian harus kita hilangkan," tulis dalam postingan tersebut.

Sebelumnya diberitakan, seorang perawat di RSUP Dr. Kariadi meninggal dunia pada Kamis (9/4/2020).

Jenazahnya yang akan dimakamkan di TPU Sewakul, Ungaran Barat, Kabupaten Semarang mendapat penolakan dari warga sehingga dipindah ke Bergota, kompleks makam keluarga Dr. Kariadi.

(Tribunnews.com/Maliana, Kompas.com/Dian Ade Permana)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini