News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Politikus PAN Khawatir Pengunduran Diri 5 Dokter di RSUD Padang Sidempuan Ganggu Penanganan Corona

Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Adi Suhendi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Wakil Sekretaris Jenderal PAN, Saleh Daulay di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa, (12/11/2019).

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR Saleh Daulay menyayangkan sikap Pemerintah Kota Padang Sidempuan, Sumatera Utara, yang tidak peka menghadapi wabah virus corona atau Covid-19.

Hal tersebut disampaikan Saleh, setelah ada kabar lima dokter spesialis yang bertugas di RSUD Padang Sidempuan, mengundurkan diri karena insentifnya tidak dibayar selama tiga bulan.

“Ini masalah insentif. Tidak usah dalam situasi seperti ini, dalam situasi normal saja pun hak-hak para dokter itu harus dipenuhi, apalagi mereka bekerja secara resmi pada RSUD milik pemerintah kota," kata Saleh Daulay kepada wartawan, Jakarta, Selasa (14/4/2020).

Baca: Lembaga Eijkman Ditargetkan Bisa Periksa 1.000 Spesimen Corona Tiap Hari

Saleh khawatir pengunduran para dokter spesialis tersebut, mengganggu operasional RSUD Padang Sidempuan sebagai rujukan Covid-19, apalagi fasilitas di sana belum lengkap.

“Saya berharap agar pemerintah provinsi dan pusat bisa turun tangan. Kalau tidak bisa ditangani oleh pemerintah kota, tentu perlu ada intervensi pemerintah di atasnya," ujar Saleh.

Saleh menyebut, pemerintah daerah sebenarnya bisa menyelesaikan persoalan tersebut, karena APBD dapat dipergunakan untuk menutupi gaji dan insentif dokter-dokter non-aparatur sipil negara.

Baca: ICW Desak Jokowi Pecat Andi Taufan Garuda karena Diduga Ada Konflik Kepentingan

"Kalau yang saya tangkap, direktur RSUD menunggu perintah walikota untuk membayar. Artinya, direktur rumah sakit sendiri kelihatannya tidak memiliki kewenangan untuk membayar tunggakan insentif itu," kata Saleh.

"Ada yang aneh di sini, terjadi saling lempar tanggung jawab," sambung politikus PAN itu.

Pemerintah sudah memeriksa lebih dari 30 ribu sampel terkait pemeriksaan virus Corona atau Covid-19 hingga Selasa (14/4/2020).

"Sampai dengan 14 April, hari ini sudah lebih dari 30 ribu sampel yang telah kita periksa," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Selasa (14/4/2020).

Jumlah ini meningkat dari hari sebelumnya.

Baca: BREAKING NEWS: Pemungutan Suara Pilkada Serentak Disepakati Digelar 9 Desember 2020

Pada Senin (13/4/2020), 27 ribu orang diperiksa pemerintah menggunakan metode PCR Real time.

Hingga hari ini semua provinsi sudah mengkonfirmasi adanya kasus Covid-19.

Begitu juga dengan jatuhnya korban jiwa akibat pandemi ini.

Baca: Polri Catat 3.474 Pelanggaran PSBB di Jakarta, Paling Banyak Pengendara Tak Bermasker

Karena itu Pemerintah berduka atas jatuhnya korban jiwa akibat infeksi virus corona di Indonesia.

Apalagi jumlah korban meninggal dunia jumlahnya hampir merata di semua Provinsi.

"Kami sangat terbuka dengan masih adanya saudara-saudara kita yang terpaksa harus meninggal karena penyakit Covid-19 ini," jelas Yurianto.

Baca: Sri Mulyani: Presiden, Wapres, Menteri, DPR, MPR, DPD, dan Kepala Daerah Tidak Akan Mendapatkan THR

"Kita mencatat jumlahnya sudah merata hampir di semua provinsi ada," ucap Yurianto.

Pemerintah meyakini masih akan ada korban meninggal akibat pandemi mematikan ini.

"Kita juga akan meyakini, ini masih akan terus terjadi, mengakibatkan berbagai macam dampak baik pada keluarga yang ditinggalkan atau kepada kita semuanya," jelas Yurianto.

Karena itu pemerintah tidak akan berdiam diri saja menghadapi virus ini.

Pemerintah akan terus melanjutkan dan meningkatkan upaya dalam melawan Covid-19.

"Ini keprihatinan yang sangat mendalam bagi negara. Kita tidak mungkin lagi untuk berdiam diri, tidak melanjutkan pekerjaan yang besar ini, tidak semakin merapatkan barisan untuk bergotong-royong menyelesaikan masalah ini," jelasnya.

 4.839 kasus positif corona di Indonesia

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona atau Covid-19, Achmad Yurianto melaporkan angka terkini kasus virus corona di Indonesia.

Achmad Yurianto mengatakan ada penambahan kasus baru sebanyak 282 pasien.

Total ada 4.839 pasien positif corona di Indonesia saat ini.

Baca: Tribunnews.com dan ACT Bagikan Nasi Bungkus Gratis di Tubagus Angke, Tambora, Jakarta Barat

"Ada penambahan 282 kasus positif, sehingga totalnya menjadi 4.839," kata Achmad Yurianto dalam jumpa pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)w, Jakarta Timur, Selasa (14/4/2020).

Selain penambahan kasus baru, Achmad Yurianto juga mengungkap penambahan pasien sembuh sebanyak 46 orang.

Baca: Polisi Pakai APD Saat Tangkap Tio Pakusadewo, Ini Penjelasan Polda Metro Jaya

"Pasien yang sembuh 46 orang, jadi totalnya menjadi 426," katanya.

Kemudian untuk pasien meninggal akibat corona bertambah 60 kasus.

Sehingga, total kasus kematian akibat Covid-19 menjadi 459 kasus.

Masyarakat Wajib Menggunakan Masker Kain Saat Keluar Rumah

Pemerintah mewajibkan seluruh masyarakat untuk menggunakan masker kain saat berada di luar rumah.

Baca: Update Corona di Seluruh Dunia 9 April 2020: Indonesia Masuk 20 Besar Korban Meninggal Terbanyak

Anjuran ini merujuk pada rekomendasi WHO terkait pencegahan penularan virus corona.

"Mulai hari ini, sesuai dengan rekomendasi WHO, kita jalankan masker untuk semua."

"Semua harus menggunakan masker," kata Achmad Yurianto dalam konferensi pers yang diunggah kanal Youtube BNPB, Minggu (5/3/2020).

Yuri menegaskan, masker yang dianjurkan untuk dipakai oleh masyarakat umum adalah jenis masker kain.

Sementara masker bedah dan masker N95 hanya digunakan oleh petugas medis.

"Masker bedah, masker N95, hanya untuk petugas medis.

"Gunakan masker kain, ini menjadi penting karena kita tidak pernah tahu di luar, orang tanpa gejala banyak sekali didapatkan di luar, kita tidak tahu, mereka adalah sumber penyebaran penyakit," tuturnya.

Oleh karena itu, Yuri  pun mengimbau masyarakat untuk dapat melindungi diri sendiri dengan menggunakan masker kain saat keluar rumah.

Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito, menunjukkan masker kain 3 lapis yang direkomendasikan agar digunakan masyarakat untuk menangkal virus corona. (Youtube BNPB/via kompas.com)

Yuri menyampaikan, masker kain hanya boleh digunakan maksimal selama empat jam.

Masker tersebut kemudian harus dicuci dengan merendamnya terlebih dahulu di dalam air sabun.

"Masker kain bisa dicuci. Kami menyarankan, penggunaan masker kain tidak lebih dari empat jam kemudian dicuci dengan cara direndam di air sabun kemudian dicuci," terangnya.

"Ini upaya untuk mencegah terjadinya penularan, karena kita tidak pernah tahu di luar banyak sekali kasus yang memiliki potensi menularkan ke kita.

"Di samping mencuci tangan menggunakan sabun selama minimal 20 detik, ini (penggunaan masker) menjadi kunci bagi kita untuk kemudian mengendalikan penyakit ini," tambah Yuri.

Baca: Cara Mencegah Virus Corona saat Berada di Luar hingga Kembali ke Rumah

Lebih lanjut, Yuri mengungkapkan keprihatinan pemerintah atas adanya sejumlah tenaga medis yang tertular Covid-19.

Bahkan, sejumlah tenaga medis pun gugur dalam menjalankan tugasnya.

"Oleh karena itu, komitmen pemerintah sangat kuat untuk melindungi mereka dengan secara terus-menerus mendistribusikan APD (Alat Pelindung Diri) agar mereka bisa bekerja dengan profesional, nyaman, dan tidak ada kekhawatiran terpapar infeksi," kata Yuri.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini