TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengungkapkan alasannya menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bogor, Depok, dan Bekasi.
Hal tersebut disampaikan dalam video yang diunggah di kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (14/4/2020).
Ridwan Kamil menuturkan, penerapan PSBB sangat diperlukan karena pandemi corona harus dilawan bersama.
"PSBB sangat diperlukan," terang Ridwan Kamil.
"Yang pertama, masalah pandemi Covid-19 adalah masalah bersama, baru di seluruh dunia."
"Tidak ada negara yang menurut saya betul-betul sukses, semua masih dalam proses siaga," tambahnya.
Baca: Anies Baswedan akan Koordinasi dengan Bodetabek Soal PSBB, Kendaraan Masuk dari Luar Jakarta Padat
Baca: PSBB Jakarta, Anies Baswedan akan Tambah Check Point hingga Tindak Tegas Para Pelanggar
Pria yang karib disapa Emil itu juga menjelaskan, lima negara dengan kasus positif corona tertinggi adalah negara maju.
Yakni Amerika Serikat, Italia, Spanyol, hingga Prancis dan Jerman.
Kelima negara itu memiliki perekonomian, teknologi, serta sektor kesehatan yang mumpuni.
Masyarakat di lima negara tersebut juga memiliki pengetahuan yang baik dengan pendapatan per kapita yang tinggi.
Emil lantas mengkhawatirkan kondisi Indonesia di tengah wabah virus corona.
Ia berharap seluruh pihak wajib memiliki pemikiran yang selaras serta dapat memberikan keputusan yang bijak untuk menangani corona.
"Cara yang akan kita lakukan, menyamakan pola pikir dan sudut pandang bagaimana bersama-sama menghadapi ini."
"Dengan berpikir jernih, transparan, dan ilmiah dan memberikan keputusan yang tepat," lanjutnya.
Baca: PSBB Jakarta, Anies Baswedan Tetap Putuskan Ojek Online Dilarang Angkut Penumpang
Baca: Anies Baswedan Sayangkan Perusahaan yang Masih Berkegiatan di Kantor: Ini Menyalahi dari PSBB
Untuk mengatasi wabah corona, ada beberapa tahap yang wajib dilakukan.
Pertama, tahap pencegahan.
Untuk mencegah penyebaran virus corona, manusia bisa saling menjaga jarak.
"Saya mengingatkan, menyelesaikan masalah pandemi Covid-19 pada dasarnya ada tiga tahap," ungkap Ridwan Kamil.
"Yang pertama benteng pencegahan, paling mudah dan paling susah."
"Paling mudah adalah untuk berjaga jarak, tapi yang paling susah, meyakinkan semua manusia yang ada di Indonesia untuk melakukan jaga jarak ini," ucapnya.
Baca: Alasan Anies Baswedan Bisa Cabut Izin Usaha Perusahaan Selama PSBB, Tapi Tak Ingin Terjadi
Baca: PSBB di Bogor, Depok, Bekasi Mulai Rabu 15 April 2020, Ridwan Kamil: Tes Masif akan Kami Maksimalkan
Bila tahap pencegahan tidak berhasil, maka akan dilakukan tahap pelacakan.
Dalam tahap ini, pemeriksaan pada seluruh masyarakat harus dilakukan secara masif.
Emil bilang, lewat pelacakan bisa menjadi cara untuk melawan corona.
"Indonesia hari ini masih perlu melakukan semasif mungkin," ujar dia.
"Minimal seperti Korea Selatan yaitu 0,6 persen penduduk," tuturnya.
Emil menambahkan, apabila tes belum dilakukan secara maksimal akan masuk ke tahap ketiga yaitu perawatan pasien corona dan PDP.
Ia berharap pemerintah dan masyarakat dapat memperkuat pada tahapan pertama sehingga corona tidak sampai di tahap ketiga.
Pasalnya, jumlah fasilitas kesehatan masih terbatas.
Pelaksanaan PSBB di Bodebek masih berada di dalam tahap pencegahan.
Menurut Emil, apabila masyarakat dapat menjaga jarak, tidak perlu ada PSBB hingga lockdown.
Namun tidak semua masyarakat dapat memahami keadaan yang mengharuskan jaga jarak tersebut.
Sehingga ia memutuskan untuk menetapkan PSBB dan mengikuti protokol pemerintah pusat.
Baca: Update Angka Kasus Covid-19 di Indonesia Hari Ini: 5.136 Positif Corona, 469 Meninggal, 446 Sembuh
Baca: UPDATE Corona Global Rabu 15 April Sore: Ada 27 Ribu Kasus di Belanda, Baru 250 Orang yang Sembuh
"PSBB berada di konsep benteng pertama," ungkap Ridwan Kamil.
"Jika kita disiplin menjaga jarak, sebenarnya tidak perlu ada istilah PSBB dan lockdown."
"Tapi masalahnya tidak semua bisa memahami dengan tingkat pemahaman dan edukasi yang lain-lain," ungkap dia.
"Oleh karena itu kita mengikuti protokol dari pemerintah pusat," pungkasnya.
(Tribunnews.com/Febia Rosada)