TRIBUNNEWS.COM - Jerman termasuk negara di Benua Eropa dengan total kasus virus corona terbanyak di dunia.
Jerman pun sudah memberlakukan kebijakan lockdown untuk menekan penyebaran corona.
Jika sampai kondisi terus memburuk, kebun binatang Jerman semakin tidak ada pemasukan.
Dikutip Tribunnews.com dari Washingtonpost.com, pihak kebun binatang kemungkinan akan mengorbankan atau menyembelih hewan koleksinya demi memberi makan hewan lainnya.
Di antara kebun binatang yang merencakanan hal itu adalah kebun binatang swasta Neumünster Zoo.
Direktur Neumünster Zoo, Verena Kaspari, mengaku sudah mendata hewan apa saja yang akan dikorbankan atau disembelih.
Baca: UPDATE Corona Global Rabu 15 April Sore: Ada 27 Ribu Kasus di Belanda, Baru 250 Orang yang Sembuh
Baca: Positif Terinfeksi Corona, Twindy Rarasati Imbau Publik Tetap Berada di Rumah: Sehat-sehat Semua!
"Kami sudah membuat daftar hewan yang nantinya akan kami korbankan,"ujar Kaspari kepada Die Welt.
Beberapa kebun binatang lain di Jerman juga memiliki rencana serupa.
Namun banyak di antara pihak kebun binatang itu yang enggan buka suara.
Kaspari kemduian memberi klarifikasi bahwa hewan-hewan dilindungi tidak akan disembelih.
Kemungkinan pihaknya akan mengorbankan hewan-hewan yang jumlahnya banyak atau tidak terancam punah.
Utamanya hewan-hewan yang memang biasa dijadikan sumber daging untuk manusia.
Diketahui, Neumünster Zoo sudah tidak beroperasi sejak Maret 2020.
Baca: Covid-19: Thailand Laporkan 30 Kasus Baru, 2 Warga Meninggal
Baca: Jelang Peringatan Hari Ulang Tahun Pendiri Negara, Korea Utara Tembakkan Rudal Kendali Jelajah
Selama ini, Neumünster Zoo hanya bertahan dari donasi kecil yang bersumber dari yayasan anak dan panti jompo.
Biasanya, Hari Raya Paskah menjadi momen di mana orang-orang mengunjungi kebun binatang di Jerman.
Namun akibat lockdown, kebun binatang tak ada pemasukan.
Mengingat tak hanya hewan yang butuh makan, namun para pekerja kebun binatang juga butuh dibayar, asosiasi kebun bianatang Jerman sudah meminta bantuan ke pemerintah.
Mereka meminta dana lebih dari 100 juta euro atau sekitar Rp 1,7 triliun untuk kebutuhan kebun binatang dan para pegawainya.
"Di masa sulit ini, para singa membutuhkan asupan daging harian, para tapir butuh jerami alfalfa," ujar Mikro Thiel, pengurus kebun binatang di Rhineland-Palatinate.
"Dan setiap anjing laut harus makan 3-4 kg ikan dalam sehari," sambungnya.
Kebun Binatang San Diego Tetap 'Buka'
Berbeda dengan kondisi memprihatinkan di Jerman, Kebun Binatang San Diego di California, Amerika Serikat, tak kehabisan akal untuk menarik pengunjung.
Kebun Binatang San Diego tetap 'buka', tapi pengunjung bisa menikmati dan belajar mengenai satwa di dalamnya secara virtual atau online.
Dikutip Tribunnews.com dari foxnews.com, hal ini dilakukan demi mewujudkan misi pendidikan dan pelestarian.
Di awal merebaknya wabah corona, juru bicara Kebun Binatang San Diego Global, Rizk Schwartz mengaku, pihaknya tidak terlalu kelabakan.
Hal ini lantaran Kebun Binatang San Diego memiliki akun media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram.
"Ketika segalanya harus ditutup dan ada pembatasan sosial, kami merasa sangat beruntung lantaran interaksi media sosial kami dengan para penggemar cukup kuat," kata Schwartz.
"Kebun Binatang San Diego dan Taman Safari Kebun Binatang San Diego punya Facebook, Twitter, dan Instagram dan banyak orang berinteraksi di sana, berbagi video dan cerita," paparnya.
Selain bergerak pada konservasi binatang, kebun binatang ini juga membuka rumah sakit untuk anak-anak.
Sehingga penutupan kebun binatang tidak terlalu membuat pihak Schwartz kelabakan.
"Kami juga mengisi kanal kami dengan kegiatan di rumah sakit anak San Diego Zoo Kids, kami secara rutin membuat konten video di dalam rumah sakit itu," kata Schwartz.
"Jadi ketika semua ini (wabah) terjadi, ketika kami harus tutup, kami seolah sudah memiliki fondasi konten untuk dibagikan kepada publik dengan banyak kamera untuk siaran langsung," terangnya.
Diketahui, program kunjungan virtual itu dinamakan 'Virtual Mission: Spring Break.'
Program itu dikerjakan oleh para staf yang menyuguhkan tur secara virtual di dalam kebun binatang.
"Kami sedang mengoordinasikan departemen pendidikan kami dan para staf untuk membuat tur virtual kebun binatang dan taman safari," ungkap Schwartz.
"Sehingga para penggemar masih bisa melihat seperti apa musim semi di San Diego," imbuhnya.
Untuk mendukung program itu, Schwartz juga bekerjasama dengan sekolah setempat untuk bisa mengakses konten edukasi virtual itu.
"Kami bekerjasama dengan sekolah dan guru untuk memastikan, konten yang kami tawarkan benar-benar mendidik dan berbasis ilmiah," kata Schwartz.
Di tengah aturan pembatasan sosial, pihak Schwartz melakukan beberapa perubahan terkait interaksi antar pekerja.
Namun ia memastikan standar perawatan binatang serta para pengasuh, dokter hewan, dan seluruh staf tidak ada penurunan.
"Semua orang masih bekerja di sini. Hanya saja mereka bekerja dengan cara berbeda dengan jarak demi meminimalisasi kontak," kata Schwartz.
Menurut Schwartz, para binatang di kebun binatang itu menyadari, sudah tak ada lagi pengunjung di sana.
"Sebagai orang yang sudah lama bekerja dengan binatang, aku yakin para binatang menyadari hal itu," ujar Schwartz.
"Aku yakin mereka tahu, ada perubahan hanya ada sedikit orang di sekitarnya. Namun, hal ini tidak berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan mereka," ungkapnya.
(Tribunnews.com/ Ifa Nabila)